Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk merawat bumi. Salah satunya adalah memanfaatkan barang bekas atau sampah menjadi barang guna pakai. Hal ini selain dapat membantu mengurangi sampah yang dapat merusak bumi, pastinya juga menghasilkan karya seni yang bermanfaat bagi masyarakat. Bahkan karya seni tersebut dapat menjadi barang berdaya guna yang dapat membantu perekonomian dan mensejahterakan masyarakat.
Dan beberapa hari lalu saya berkesempatan menghadir festival lingkungan yang mana salah satu rangkaian acaranya adalah melakukan lokakarya dengan memanfaatkan barang bekas atau sampah menjadi sebuah karya seni yang bernilai guna atau bernilai jual. Penasaran dengan keseruan acaranya? Keep reading.
Festival Lestari: Ruang Setara dan Lestari Untuk Merawat Bumi
Sabtu, 14 Juni 2025 Saya menghadiri sebuah festival tentang lingkungan yaitu Festival Lestari. Festival Lestari ini hasil kolaborsi banyak komunitas lintas bidang dan salah satunya adalah Eco Blogger Squad, yaitu sebuah komunitas Blogger yang aware terhadap lingkungan.
Festival Lestari berlangsung selama dua hari yaitu 13 - 14 Juni 2025 bertempat di Taman Ismail Marzuki. Ada banyak rangkaian acara yang sangat menarik setiap harinya dan pastinya dengan tema lingkungan yang berbeda-beda.
Acara-acara ini diharapkan dapat berdampak terhadap lingkungan. Paling penting adalah untuk mengingatkan para pengunjung mengenai kerusakan lingkungan yang sudah semakin berdampak pada kehidupan manusia.
Pada Festival Lestari ini, pengunjung dapat menyaksikan ruang berekspresi yaitu sebuah papan mimpi, sampai dengan berbagai pameran foto dan karya seni yang diberi tema Ruang Setara dan Lestari.
Ruang berekspresi ini untuk menampung keresahan pengunjung terhadap kondisi lingkungan. Ruang berekspresi ini berupa sebuah papan besar. Semua pengunjung dapat menuliskan keresahannya akan kondisi lingkungan yang semakin berdampak besar terhaap kondisi ekonomi, sosial, budaya, dan pastinya juga terhadap kondisi alam. Pengunjung dapat menuliskan keresahannya pada sebuah sticky note dan menempelnya pada papan mimpi tersebut.
Di lain sisi, ada puluhan foto dan karya seni yang semuanya bertema lingkungan. Dan menariknya adalah foto dan produk karya seni tersebut merupakan hasil daur ulang sampah menjadi sebuah karya seni yang sangat estetik. Para penggiat lingkungan ini menafaatkan dan mengkreasikan berbagai sampah atau barang bekas menjadi hasil karya seni yang menarik. Bahkan bisa bernilai jual tinggi.
Pameran dengan konsep Merawat Keresahan Bumi ini, menampilkan berbagai karya yang menyuarakan keresahan akan bumi tanpa diberi embel-embel aksi iklim. Namun suara halusnya sangat lantang mengingatkan berbagai kalangan yang ada di muka bumi ini untuk selalu peduli dengan lingkungan.
Setelah puas menyaksikan berbagai karya seni dari berbagai sampah dan barang bekas, menyaksikan foto tentang masyarakat, dan juga mengekspresikan keresahan saya akan kondisi bumi pada papan mimpi, tibalah saatnya saya mengikuti sebuah acara lokakarya.
Lokakarya yang saya ikuti adalah Lokakarya Kolase dengan tema Nature's Artisans: Exploring Eco-Friendly Craft. Dalam lokakarya ini, kita akan membuat karya seni dengan memanfaatkan barang bekas atau sampah menjadi sebuah karya seni yang bernilai guna bahkan bernilai jual.
Namun, selain membuat karya seni, pada lokakarya kolase ini ada paparan terlebih dahulu dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mengenai kebangkitan pangan lokal. Wah semakin menarik ya temanya. Penasaran seperti apa panganan lokal yang dibahas dan bagaimana saya membuat sebuah karya seni dari barang bekas? Keep reading.
Lokakarya Kolase: Sulap Sampah dan Barang Bekas Menjadi Karya Seni
Lokakarya kolase #UntukmuBumiku ini, mengajak pengunjung untuk membuat karya seni dari potongan-potongan gambar yang diambil dari kertas dan majalah bekas, serta sampah lainnya. Lokakarya ini merepresentasikan pemulihan akan alam sekaligus juga melindungi alam agar tidak semakin rusak. Semuanya menghasilan produk #ecofriendlycrafts
Lokakarya kolase ini merupakan hasil kolaborasi dari Eco Blogger Squad, Festival Lestari, dan Kabupaten Lestari. Panitia sudah menyiapkan berbagai bahan untuk membuat karya seni ini. Kami pengunjung tinggal mengolah dan mengkreasikan bahan-bahan bekas tersebut enjadi sebuah karya seni.
Sebuah membuat lokakarya ini, acara dibuka terlebih dahulu oleh asosiasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) yang memaparkan banyak hal soal lingkungan. LTKL sendiri adalah sebuah asosiasi pemerintah kabupaten yang dibentuk dan dikelola pemerintah kabupaten dengan tujuan mewujudkan pembangunan lestari untuk menjaga lingkungan dan juga membantu menyejahterakan masyarakat agar #bersamabergerakberdaya #bersamabergerakberdampak
Sebelum membuat kreasi sampah menjadi karya seni, setiap peserta lokakarya diberikan potongan lirik dari lagu Warisan Lintas Zaman. Sebuah lagu tentang lingkungan yang liriknya sangat syarat dengan makna akan lingkungan.
Di balik hutan yang sunyi
Ada pangan yang tersembunyi
Masyarakat adat menjaga
Benih-benih yang kaya makna
Kita kembali ke rasa
Jejak yang hampir terlupa
Agar tidak hilang ditelan masa
Kenali lagi bumi sendiri
Warisan lintas zaman 2x
Dari potongan lirik tersebut barulah kami, menyusun sebuah karya seni dari sampah bekas yang berkaitan dengan potongan lirik tersebut. Dan saya mendapatkan potongan lirik "Masyarakat Adat Menjaga". Sangat dalam artinya lirik tersebut menurut saya.
Mengingat saya pernah mengikuti beberapa seminar tentang masyarakat adat. Bahkan saya pernah melakukan penelitian tentang masyarakat adat dan tinggal dengan mereka selama berbulan-bulan. Ada rasa haru dan sedih mengingat kondisi mereka yang saat ini makin tergeser. Padahal masyarakat adat ini menjadi salah satu pilar keberlangsungan lingkungan yang lestari.
Setelah berpikir panjang apa yang akan saya kreasikan dengan potongan lirik tersebut. Saya memutuskan untuk membuat relasi potongan lirik tersebut dengan peran dan fungsi masyarakat adat. Yang mana menurut saya dengan menjaga masyarakat adat atau masyarakat adat menjaga hutannya, maka kehidupan kita akan sejahtera, jauh dari kerusakan lingkungan.
Dampak baik dengan menjaga masyarakat adat atau masyarakat adat menjaga lingkungan, adalah kelestarian lingkungan tetap terjaga, bencana alam akan berkurang, sumber penyakit berkurang, hutantetap hijau dan udara tetap bersih dan polusi berkurang bahan obat-obatan alami tetap terjaga.
Bahkan yang tak kalah penting adalah kita tidak akan kekurangan sumber bahan pangan. Karena apa, karena hutan tetap lestari dan tidak rusak, sehingga kita dengan mudah untuk mncari panganan, termasuk panganan lokal yang kian tergerus karena gaya hidup atau akibat kerusakan hutan. Dengan masyarakat adat menjaga hutan, maka masyarakat akan sejahtera karena sumber makananan atau panganan dapat dengan mudah didapatkan.
Sepotong lirik lagu Warisan Lintas Zaman ini besar sekali efeknya terhadap kondisi bumi dan juga masyarakat kita. Sayangnya banyak sekali tangan-tangan tidak bertanggung jawab merusak masyarakat adat ini. Bukan menjaganya tetapi justru terus menggeser masyarakat adat ini hengkang dari tanah leluhur dan kepemilikannya.
Peserta kolase lainnya juga sama membuat karya seni dari barang bekas atau sampah tersebut sesuai dengan potongan lirik yang didapat. Pokoknya acaranya seru banget, selain kita berkontribusi meskipun kecil terhadap pengolahan sampah, tetapi lokakarya kolase ini juga mendorong kreatifitas para peserta yang hadir. Buat saya acaranya benar-benar hadir dan sangat menyenangkan.
Setelah acara lokakarya karya seni dari sampah ini selesai, kami diizinkan membawa pulang hasilnya dan kami bisa menempelnya menjadi sebuah karya seni yang penuh makna untuk di rumah.
Nah, kamu pun bisa memanfaatkan bahan bekas atau barang tidak terpakai di rumah menjadi sebuah karya seni yang berdaya guna atau bahkan bernilai jual. Jadi mulai sekarang manfaatkan barang bekas untuk menjadi karya seni.
Karya seni apa yang sudah kamu buat di rumah dari barang bekas atau sampah? Boleh banget untuk sharing di kolom komentar.
Bangkitkan Panganan Lokal Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Pada lokakarya kolase ini, peserta juga diajak mengenal panganan lokal sekaligus membahas seputar pangan lokal yang mulai tergerus akibat gaya hidup. Dalam pembahasan pangan lokal ini, menghadirkan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) sebagai pembicaranya.
Asosiasi pemerintah dalam pengembangan beberapa kabupaten di Indonesia ini, memberikan paparan mengenai panganan lokal dari Kabupaten Sintang. Sama dengan daerah-daerah lainnya, panganan lokal masyarakat Sintang juga sudah mulai sulit ditemukan karena tergeser dengan budaya hidup, sekaligus juga dengan kerusakan hutan berpengaruh besar pada sulitnya ditemukan panganan lokal.
Maka dari itu, di tengah tantangan kerusakan lingkungan, ketimpangan kesejahteraan masyarakat lokal, dan juga pergeseran panganan lokal, LTKL hadir untuk mempromosikan ekonomi restoratif. Sistem ekonomi ini, tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memulihkan lingkungan dan memperkuat peran masyarakat lokal, salah satunya yaitu dengan membangkitkan panganan lokal.
Kabupaten Sintang mencoba bangkit dengan kembali mengangkat panganan lokal mereka melalui Semesta Sintang Lestari. Komunitas masyarakat ini mulai mengangkat panganan lokal melalui pengelolaan pangan lokal, pelestarian hutan, melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat dan komunitas, bahkan mereka mampu mendirikan Laboratorium Inovasi Bestari. Laboratorium ini menjadi ruang belajar, percobaan, dan eksplorasi potensi sumber daya alam daerah mereka.
Salah satu panganan yang dihasilkan adalah produk Bischo. Biskuit bulat kecil yang rasanya manis ini terbuat dari ikan gabus. Dimana ikan gabus ini memiliki tinggi akan albumin dan kaya vitamin juga omega 3, 6, dan 9. Sayangnya juga karena keterbatasan pengetahuan, masyarakat Kabupaten Sintang jarang mengkonsumsi ikan ini.
Dan dengan adanya Semesta Sintang Lestari, ikan gabus dapat diolah menjadi camilan sehat yang dapat membantu menyehatkan masyarakat di Kabupaten Sintang. Camilan sehat Bischo ini menjadi salah satu bentuk nyata kebangkitan panganan lokal di Kalimantan Barat yaitu di Kabupaten Sintang.
Itu dia pengalaman seru sya mengikuti Festival Lestari terutama mengikuti lokakarya kolase yang menyulap sampah dan barang bekas menjadi karya seni. Sampai dengan berdiskusi secara mendalam mengenai kebangkitan pangan lokal di beberapa kabupaten di bawah pengelolaan Lintas Temu Kabupaten Lestari atau LTKL.
Bagaimana pendapatmu tentang kedua hal di atas? Boleh banget untuk sharing kolom komentar.