Dalam United Nation Climate Change Conference tahun 2007, menyebutkan bahwa perubahan iklim yang terjadi di Indonesia pada dasarnya sebagai akibat dari kerusakan hutan. Diantaranya penggundulan hutan yang dilakukan secara masif. Ditambah dengan kebakaran hutan dan kerusakan lahan rawa, hilangnya resapan karbondioksida. Dan juga hutan masyarakat adat yang beralih fungsi menjadi industri komersil. Salah satunya adalah industri pariwisata.
Perkembangan pariwisata yang cukup pesat di dunia termasuk Indonesia melahirkan banyak traveler dengan berbagai jenis karakter. Karakter-karakter ini ada tipe traveler teredukasi atau bahkan sebaliknya. Wisatawan teredukasi adalah wisatawan yang mempunyai rasa tanggung jawab (responsible traveler) terhadap lingkungan yang dikunjunginya. Atau disebut juga dengan traveler cerdas (smart traveler).
Traveler, Hutan, dan Perubahan Iklim
Traveler yang bertanggung jawab atau traveler cerdas akan bertanggung jawab terhadap keselamatan dirinya sendiri selama perjalanan dan juga lingkungan (destinasi wisata, budaya setempat, alam, dan lainnya) yang akan dikunjunginya.
Beberapa ciri dari responsible traveler atau smart traveler biasanya mereka dibekali dengan beberapa pengetahuan berkaitan untuk keselamatan dan keamanan dirinya sendiri seperti peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa saat traveling.
Kedua, traveler jenis ini bisa dipastikan mereka dibekali dengan pengetahuan yang cukup berkaitan dengan lingkungan yang akan dikunjungi. Traveler ini mengetahui betul bagaimana agar perjalanannya tidak memberikan dampak buruk atau setidaknya meminimalisir kerusakan terhadap lingkungan yang akan dikunjunginya.
Saya sebagai traveler minat khusus (sebutan untuk traveler yang suka dengan petualangan seperti mendaki, diving, dan lainnya) dan juga lulusan di bidang pariwisata, mengetahui betul berubahnya hutan menjadi wilayah komersil untuk industri pariwisata memberikan banyak dampak negatif pada alam dan juga kehidupan manusia, termasuk di Indonesia.
Apalagi mengingat hutan Indonesia adalah hutan terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo. Pastinya memberikan dampak besar terhadap perubahan iklim tidak hanya di Indonesia tetapi juga untuk dunia.
Semakin maraknya komunitas traveler yang mengunjungi banyak destinasi wisata di Indonesia, mendorong meningkatnya dampak negatif bagi kondisi alam khususnya hutan. Bagaimana tidak banyak sekali saat ini yang mengaku-ngaku sebagai traveler dan mengunjungi destinasi wisata hanya untuk dokumentasi, konten, gengsi, ikut-ikutan, dan lain sebagainya.
Namun banyak dari mereka tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup agar tidak memberikan dampak negatif pada destinasi yang dikunjungi khususnya hutan. Termasuk para traveler minat khusus seperti pendaki dan pergi mendaki tanpa dibarengi dengan pengetahuan dasar yang mumpuni.
Alhasil banyak sekali dampak-dampak buruk yang ditimbulkan oleh para pendaki jenis ini yang dapat merusak kondisi hutan. Misalnya menebang pohon sembarangan saat digunung tanpa mengetahui jenis pohon apa yang ditebang misalnya untuk memasak. Atau mereka melakukan api unggun dan bekasnya tidak dimatikan, sehingga mengakibatkan kebakaran hutan. Mencuci peralatan masak menggunakan bahan kimia. Membuang sisa masakan dan makanan sembarangan, dan lainnya.
![]() |
Sampah di salah satu taman nasional Indonesia Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Paling umumnya adalah ketika mereka turun tanpa membawa sampah bekas makanan dan minuman. Sehingga saya sering kali ketika melakukan pendakian banyak sekali sampah-sampah di area kemping yang tidak dibersihkan. Bahkan berserakan di jalur pendakian. Miris sekali.
Ada juga kasus yang masuk kawasan hutan taman nasional tanpa izin dari pihak taman nasional. Mereka membuat jalur baru dan menebas sembarangan pohon atau tanaman yang mereka lewati. Sangat membahayakan tidak hanya untuk keselamatan mereka namun juga telah merusak hutan sekitarnya.
Perilaku-perilaku tersebut tentu saja dapat berdampak besar terhadap perubahan iklim jika dilakukan oleh banyak pendaki dan secara terus menerus. Pihak taman telah menindak tegas beberapa traveler minat khusus ini dan mem-blacklist mereka sehingga tidak bisa memasuki taman nasional tersebut. Namun bagaimana tidak diketahui?
Disinilah perlunya menjadi traveler yang bertanggung jawab dan cerdas. Sehingga memiliki awareness terhadap dampak buruk yang akan ditimbulkan ketika melakukan traveling termasuk saat berkunjung ke hutan. Dengan menjadi traveler yang bertanggung jawab dan cerdas, tentu saja akan memberikan dampak positif bagi keberlangsungan hutan, sehingga perubahan iklim pun dapat diminimalisir.
Belajar dari hal di atas, kita semua perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak untuk menjaga hutan. Termasuk memberikan dukungan kepada semua pihak untuk menjaga hutan. Selain itu melakukan kampanye bagi seluruh masyarakat agar mulai aware terhadap isu-isu hutan yang terjadi saat ini. Dalam kasus di atas adalah kepada komunitas traveler agar saat melakukan traveling tidak melakukan hal-hal yang akan merusak hutan.
Aksi Traveler Menjaga Hutan Sebagai Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Tidak ada wilayah yang tidak tersentuh oleh perubahan iklim. Dampaknya pun sangat beragam, mulai dari suhu udara yang semakin panas, terjadinya bencana alam dimana-mana, gangguan ekonomi, kelangkaan pangan, berkurangnya persediaan air bersih, energi berkurang, sampai bisa menimbulkan konflik dalam berbagai hal. Itulah yang kita rasakan ketika hutan kita sudah rusak, salah satunya oleh komunitas traveler yang tidak bertanggung jawab.
Lalu mitigasi perubahan iklim apa yang dapat dilakukan oleh komunitas traveler baik itu traveler minat khusus atau traveler pada umumnya untuk menjaga hutan? Banyak sekali yang bisa dilakukan oleh para traveler untuk membantu menjaga hutan dan meminimalisir perubahan iklim. Ini dia beberapa aksi sederhana namun berdampak yang bisa komunitas traveler lakukan sebagai bentuk mitigasi perubahan iklim.
1. Bawa turun sampah
Bagi kamu traveler minat khusus, saat kamu traveling ke hutan misalnya melakukan pendakian, jangan lupa untuk selalu membawa kembali sampah bekas makanan atau minuman yang kamu bawa.
Biasanya jika mendaki ke taman-taman nasional, sekarang sudah mewajibkan semua pendaki untuk menyetor sampah pada saat turun di pintu basecamp. Petugas taman nasional akan melakukan pengecekan dan memberikan denda atau bahkan blacklist untuk pendaki yang tidak taat aturan.
2. Ikuti jalur yang sudah ditentukan
Nah buat kamu yang travelingnya ke hutan, jangan lupa untuk selalu mengikuti jalur yang sudah ditentukan oleh pihak taman nasional atau pengurus di sana. Selain untuk keselamatan dan keamanan, kamu juga sudah berkontribusi untuk tidak merusak tumbuhan sembarangan.
![]() |
Jalur pendakian di Gunung Tambora Sumber: Dokumentasi Pribadi |
3. Tidak mengambil apapun selama di hutan
Selama melakukan pendakian atau trekking di dalam hutan, ingat prinsip para pendaki "Tidak mengambil apapun selain photo". Jadi jangan pernah memetik apapun jika tidak diizinkan oleh guide di sana. Misalnya mengambil daun atau buah-buahan yang bisa saja beracun.
Atau memetik bunga Edelweis yang ada di gunung hanya untuk kesenangan semata. Ingat larangan untuk memetik bunga Edeleweis ini sudah di atur dalam UU Nomor 41 Tahun 1999. Jika ingin memilikinya, kamu dapat membeli jenis Edelweis yang sudah dibudidayakan oleh warga setempat dengan izin dari taman nasional dan itu biasanya legal.
4. Perhatikan carrying capacity
Carrying Capacity adalah daya tampung sebuah destinasi wisata. Nah sebagai traveler yang bertanggung jawab dan cerdas ketika akan melakukan traveling termasuk pendakian akan selalu memperhatikan daya tampung destinasi wisata tujuan.
Biasanya sebuah destinasi wisata termasuk gunung mempunyai jumlah batas maksimal setiap harinya. Misalnya Taman Nasional Rinjani dalam sehari hanya menampung 500an pendaki. Maka jika sudah penuh jangan memaksakan diri untuk tetap mendaki. Karena kelebihan daya tampung ini akan merusak tatanan alam di sana, mulai dari tanah, udara, tumbuhan, dan lainnya.
5. Tidak berburu selama di hutan
Salah satu hal yang wajib kamu hindari juga ketika sedang melakukan pendakian atau traveling ke hutan, jangan pernah memburu binatang apapun yang ada di sana. Karena bisa jadi binatang yang kamu buru adalah binatang endemik di sana, semisal burung atau lainnya.
Kecuali jika dari awal atau tempat basecamp taman nasional sudah mengizinkan. Contohnya, saat kamu berkemah di Segara Anak Gunung Rinjani, semua pendaki diizinkan mengambil atau memancing ikan di danau untuk dimakan. Asal dengan cara yang benar dan tidak merusak alam di sana. Misalnya memancing dengan menggunakan kail itu diperbolehkan.
6. Tidak menggunakan disposable panties
Bagi perempuan atau laki-laki ketika mendaki gunung atau traveling ke hutan, jangan pernah menggunakan disposable panties atau celana sekali pakai. Karena hal ini akan membuat sampah semakin bertambah.
Solusinya gunakanlah celana dry penties. Jenis celana ini sangat ringan dan bentuknya bisa digulung kecil seukuran jari dan pastinya cepat kering. Sehingga tidak berat saat anda membawa dalam jumlah banyak untuk perjalanan. Biasanya jenis celana ini seamless dari bahan katun atau poliester.
7. Habiskan makanan
Ketika kamu sarapan atau makan apapun di gunung atau di hutan, maka ambil makanan dengan bijak. Ambil sedikit demi sedikit dan seperlunya jangan sampai tersisa dan membuang makanan.
Ingat, berdasarkan data dari Statista, Indonesia tahun 2020 menempati urutan negara keempat sebagai penghasil sampah makanan di dunia. Sementara tahun 2021 dilansir dari data The Economics Intelligence Unit, Indonesia menempati urutan kedua penghasil sampah terbesar di dunia. Jadi mari kita kurangi sampah makanan dari kita sebagai traveler yang cerdas.
8. Batasi penggunaan tisu
Hindari penggunaan tisu ketika sedang traveling ke gunung atau melakukan pendakian. Misalnya untuk melap peralatan atau perlengkapan masak, membersihkan tubuh, dan lainnya. Karena semakin banyak tisu yang kamu pakai semakin banyak pohon yang ditebang. Semakin banyak tisu yang kamu gunakan dan kamu buang di hutang, semakin banyak sampah yang menumpuk.
Itu dia aksi-aksi yang dapat komunitas traveler minat khusus lakukan sebagai bentuk mitigasi perubahan iklim. Aksi-aksi kecil di atas terlihat sederhana, namun percayalah jika semua traveler melakukan hal tersebut, dampaknya akan sangat terasa dan besar sekali. Apalagi jika dilakukan secara konsisten oleh banyak orang. Hal ini pastinya akan membuat hutan kita secara perlahan pulih. Setidaknya meminimalisir kerusakan yang akan terjadi.
Yuk jadi traveler yang bertanggung jawab dan cerdas bareng aku dan #EcoBloggerSquad dan mari bergerak bersama untuk bumi Indonesia kembali lestari. Mulai dari hal kecil dan mulai dari diri kita untuk selamatkan hutan dan bumi.