HARI KE-6 (POS 3 - DESA DOROPETI)
Pukul 06.55 tanpa sarapan karena kehabisan air kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 ternyata tidak jauh hanya sekitar 20 menit dengan jalanan yang mulai datar namun memang dipenuhi dengan pohon-pohon dan rumput-rumput yang tinggi. Kami lanjutkan menuju pos 2. Kami sudah hampir meninggalkan puncak Gunung Tambora.
Jalur menuju pos 2 ini sudah mulai sedikit terang, pohon sudah tidak terlalu tinggi, tetapi rumputnya masih cukup tinggi dan agak sedikit licin, banyak pohon yang tumbang dan sudah berlumut, sehingga kami harus berhati-hati untuk melangkah. Dengan semangat kami lanjutkan menuju pos 1.
jalur menuju pos 2, masih banyak turunannya |
Pukul 12.00 kami berhenti untuk beristirahat diantara pos 2 dan pos 1, karena lokasinya mendekati sumber mata air. Di tempat ini kami memasak sebagai pengganti sarapan dan sekaligus makan siang.
wefie sebelum melanjutkan perjalanan, muka-muka kenyang :) |
Pukul 13.00 cuaca mulai mendung dan sedikit gerimis. Perjalanan menuju pos ini, kami berjalan beriringan untuk menghindari tersesat, karena jalur tidak cukup jelas. Kami sempat kesasar, karena tanda-tanda pendakian yang digunakan sebelumnya sudah hilang, mungkin karena terlalu lama tidak dilewati, saat kesasar kami sempat beristirahat, menunggu kabar dari guide dan porter yang mencari jalur.
sudah mau sampai |
Sekembalinya mereka, kami melanjutkan perjalanan ternyata jalurnya masih belum jelas, karena sudah ditumbuhi rerumputan yang lebat. Sampai akhirnya kami mendengar suara mesin penebang pohon. Wajah lelah teman-teman berubah sumringah, kami berharap jalur ke desa sudah mulai dekat. Namun sayangnya kami salah jalur lagi.
Gunung Tambora melalui jalur ini 2 tahun lebih tak pernah dikunjungi kata guide kami. Sampai akhirnya kami menemukan pohon-pohon bekas tebangan, dan suara mesin-mesin penebang pohon.
Perlahan tapi pasti, senyum kami mulai mengembang, rasa lelah itu perlahan hilang tersapu senyum dan harapan bahwa kami akan segera sampai ke kendaraan yang akan menjemput kami.
Suara mesin penebang pohon semakin jelas. Akhirnya kami sampai di jalan setapak yang berbentuk tanah, pasir kadang bebatuan. Namun ternyata mobil penjemput kami tidak bisa naik ke pos 1, karena memang jalurnya licin.
pos terakhir niat hati sudah senang dijempu mobil, ternyata masih harus jalan kurang lebih 2 km lagi |
Terpaksa dengan gontai kami masih harus berjalan sekitar 2 km untuk menuju mobil yang menjemput kami. Jalannya lebar dan sedikit berpasir. Terkadang tanah-tanah licin atau justru tanah kering berdebu. Akhirnya kami sampai pukul 17.15 di ketinggian 400 mdpl.
Dari kejauhan kami melihat mobil truk yang hendak menjemput, saya berlari-lari kecil girang agar segera sampai di mobil yang sudah menanti kami. Ah Gunung Tambora membuatku bahagia sekaligus lelah hehehe.
kasihan banget sepatunya, perjalanannya padahal masih 2 km lagi :( |
Wajah-wajah lelah itu perlahan mengembangkan senyumnya, kami menaiki truk itu dengan semangat. Mobil usang itu membawa kami dengan penuh kebahagiaan. Melepas penat kami yang berhari-hari harus melintasi hutan-hutan lebat.
sepanjang jalan dari pos terakhir banyak nemu ini, tumbuh liar dipetikin sama bapak porternya :) |
Kami harus berpisah dengan Pak Jhon dan Pak Pote, orang yang menjaga dan membantu kami selama perjalanan. Keduanya sangat baik. Malam itu juga kami harus ke Bima, karena esok hari beberapa dari kami pulang ke kotanya masing-masing. Terima kasih Pak Jhon dan Pak Pote terima kasih untuk kebaikannya. See you Gunung Tambora pesonamu takan usang oleh waktu.
muka-muka sumringah setelah jalan berhari-hari, padahal truknya sudah bolong-bolong yang penting senang :) |
Kami diajak singgah di Pos Pengamatan Gunung Api Tambora. Setelah bersih-bersih, kami mengobrol dengan petugas yang berasal dari Bandung, yang sedang ditugaskan dari Kementerian ESDM untuk memonitoring kondisi Gunung Tambora.
rumah singgah milik Badan Geologi, abaikan kulit yang menghitam :) |
Cara Tuhan memang selalu indah mempertemukan kami dalam minat yang sama dan sampai sekarang masih terjaga silaturahminya. Thanks ya buat teman-teman Sawi, Ichung, Lidia, Mba San, Pak De Agus, Pak Toto, Rendra, Ayu dan Zuzu. Om Mawardi semoga lain kali kita pergi bareng ya Om, see you next trip ya guys in Cartenz….……….
Tips dan Trik :
- Selalu cek harga tiket pesawat untuk mendapatkan tiket lebih murah
- Jalur yang kami lewati lintas jalur, berangkat dari Desa Pancasila dan turun lewat Doropeti sehingga membutuhkan waktu lebih lama.
- Perjalanan kami lakukan dengan sangat santai, jadi waktu yang kami gunakan lebih lama, selain itu ada satu hari di mana kami berkeliling Pulau Satonda, mungkin teman-teman bisa skip jika tidak punya waktu banyak.
- Kebutuhan logistik, gas, parafin bisa dibeli di rumah Pak Saiful, atau sebelumnya bisa kontak beliau untuk pemesanan.
- Porter dan Guide sesuai dengan kebutuhan, karena kami lintas jalur lebih aman untuk menyewa Guide dan Porter.
Rute 1 menuju Desa Pancasila jika sewa mobil, lebih hemat waktu, bisa shared cost |
Rute 2 jika ingin menggunakan kendaraan umum |
Nah itu dia pengalamanku mendaki Gunung Tambora. Teman-teman bisa baca detailnya di Gunung Tambora part 1, part 2, dan part 3 ya. Yang pasti alamnya cantik banget seperti indahnya Gunung Rinjani dan Gunung Semeru. Seharusnya jika tidak mengalami letusan, Gunung Tambora masuk dalam seven summit Indonesia. Namun karena letusan itu, sehingga ketinggiannya berkurang.
Yuk kunjungi gunung cantik ini, dijamin bakal nagih dna betah dengan suasananya.
See you next Gunung Tambora........
Happy travelling.