Puncak Rantemario Gunung Latimojong yang terletak di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Enrekang, masuk dalam
rangkaian seven summit gunung Indonesia dan menjadi salah satu bucket
list bagi para penikmat ketinggian. Sama halnya juga impian menuju Gunung Bukit Raya, Gunung Semeru dan juga dengan gunung seven summit lainnya. Beruntung saya diberikan kesempatan menginjakan kaki ini pada April 2014, saya baru sempat menuliskannya :)
Gunung ini mempunyai beberapa
puncak dan puncak tertingginya adalah Buntu Rante Mario dengan ketinggian 3.430
mdpl (meter di atas permukaan laut), diikuti oleh Buntu Nenemori (3.097
mdpl), Buntu Rante Kambola (3.083 mdpl), Buntu Latimojong (2800 mdpl), Buntu
Sikolong (2.754 mdpl), Buntu Bajaja (2.700 mdpl), dan Buntu Sinaji (2.430
mdpl).
Saya mengunjungi
tempat ini pertama kalinya tahun 2013 melalui jalur Baraka Enrekang, jalur yang
paling terkenal saat itu. Gunung dengan tipe hutan basah Montana ini masih
banyak dipenuhi dengan lumut basah yang justru menambah keindahan pemandangan
sepanjang perjalanan menuju gunung ini.
HARI KE-1 (JAKARTA - BASECAMP BARAKA)
Kami memulai
perjalanan dari Jakarta (Soeta) menuju Makassar (Sultan Hasanuddin) dan tiba pada
siang hari. Dari Bandara kami menyewa kendaraan pribadi menuju basecamp Lembayung
di Desa Baraka. Perjalanan lumayan memakan waktu sekitar 8 jam dan kami tiba
pada malam hari di basecamp ini.
Setibanya di basecamp kami
melakukan packing ulang semua bawaan dan menitipkan beberapa barang-barang yang
tidak kami pakai, setelah ishoma kemudian beristirahat untuk persiapan tenaga
esok pagi, menuju ke Desa Karangan, desa terakhir sebelum menginjakan kaki di atap Sulawesi Selatan ini.
|
abaikan sandal jepitnya :) |
Di Baraka kami
mengurus semua perizinan sebelum melakukan pendakian yang dibantu oleh Pak
Dadang, guide yang menjaga kami sepanjang perjalanan ke
Latimojong. Orangnya sangat ramah dan baik.
HARI KE-2 (BASECAMP BARAKA - DESA KARANGAN)
Pagi-pagi kami sudah
bersiap untuk menuju Desa Karangan yang merupakan desa terakhir sebelum
melakukan pendakian ke Puncak Rantemario Gunung Latimojong. Kami menumpang mobil yang mengangkut kebutuhan sembako
masyarakat di Desa Karangan.
Pukul 09.00an kami baru memulai perjalanan. Mobil
ini hanya ada di hari Senin dan Kamis, kayak puasa aja ya hehehe…. Hanya inilah
satu-satunya kendaraan yang bisa membawa kami ke Desa Karangan.
|
kendaraan yang kami tumpangi pict taken Babang Tuah |
Perjalanan menuju atap Sulawesi Selatan ini ditempuh
sekitar kurang lebih 3 jam dengan kondisi jalan yang aduhai, kami sebenarnya
kurang nyaman duduk karena banyak sayuran dan makanan serta gas di mobil jenis
touring R-300 yang kami tumpangi. Takut rusak.
|
kondisi jalan yang berkelok, sebelahnya jurang semua tapi indah
pict taken Babang Tuah |
Jalan yang kami lewati berupa
jalan tanah yang masih sangat licin karena musim hujan dan berkelok-kelok serta
pinggirnya berupa jurang-jurang yang membuat dada kami deg-degan serta
berteriak setiap kali berada di tikungan, bagaimana tidak dibawahnya adalah
jurang dalam.
Tapi kami sangat menikmati perjalanannya karena pemandangan
sepanjang jalan sangat indah hijau. Pokoknya kami pengen melihat dan menikmati atap Sulawesi Selatan yang katanya sangat indah.
|
foto dulu bersama anak-anak di kaki gunung Latimojong |
Sore sekitar pukul 1
atau 2 siang kami baru tiba di Desa Karangan karena mobil yang kami tumpangi
harus berhenti di beberapa tempat untuk drop off barang-barang
milik warga. Tiba di Desa Karangan kami langsung diarahkan ke sebuah rumah
panggung milik kepala desa yang biasa digunakan untuk menginap para pendaki
yang hendak ke pun Puncak Rantemario Gunung Latimojong.
Saat kami bersiap
melakukan pendakian sekitar sore hari, hujan deras turun, akhirnya kami
memutuskan untuk melakukan pendakian besok paginya. Kami menginap di rumah
panggung ini sekalian melakukan packing ulang untuk
barang-barang yang akan kami bawa untuk mendaki besok.
HARI KE-3 (DESA KARANGAN - POS 4)
Pagi-pagi sekali kami
sudah bersiap untuk melakukan pendakian, setelah sarapan, packing,
dan berdoa, kami memulai perjalanan dengan ditemani langit yang sangat cerah.
|
salah satu jalur dari pos 1 menuju pos 2, perkebunan wargapict taken by Bang Matz |
Desa karangan menuju
Pos 1 (Pos Buntu Kaciling) kurang lebih ditempuh selama 2 jam, karena kami
memang santai dengan banyak beristirahat dan mengambil gambar di beberapa
lokasi. Menuju pos ini kami masih melihat beberapa warga menggunakan motor
untuk menuju kebun, karena memang sampai pos 1 masih merupakan perkebunan milik
warga.
Mulai dari Pos 1
menuju Pos 2 (Pos Gua Sarung Pa’ak) sekitar 2,5 jam. Pos 2 menuju Pos 3 (Pos
Lantang Nase) ditempuh sekitar 1,5 jam. Di pos ini terdapat camping
ground yang dapat digunakan pendaki untuk berkemah.
Kami melanjutkan
perjalanan dari Pos 3 ke Pos 4 (Pos Buntu Lebu) sekitar 1,5 jam.Di pos ini
juga kami beristirahat untuk ibadah dan makan siang. Gerimis mulai mengiringi
perjalanan kami dan ternyata ada 1 teman kami yang maagnya kambuh, sehingga
memutuskan untuk membuat tenda di tempat ini.
Malam hari hujan sangat deras
sehingga tenda yang kami dirikan digenangi oleh aliran air untungnya tenda kami
aman. Tidurpun tidak nyenyak karena mendengar juga beberapa lolongan binatang
yang sangat jelas. Namun tetap semangat kami untuk melihat atap Sulawesi Selatan tertap membara.
HARI KE-4 (POS 4 - POS 7)
Pagi sekitar pukul
09.00 kami melanjutkan perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 (Pos Soloh
Tamah) yang ditempuh sekitar 3 jam.
|
jalurnya mulai terjal
pict taken Babang Tuah |
Menuju pos ini kami melewati aliran air sungai, lumayan untuk stock minum kami. Di pos 5 ini kita bisa mendirikan tenda atau sekedar memasak dan istirahat sebelum lanjut ke pos berikutnya. Di pos 5 ini juga kita masih dapat menemukan sumber air dengan berjalan sekitar 15-20 menit.
Dari pos 5 kami
lanjutkan menuju Pos 6 (Pos Buntu Latimojong). Perjalanan ditempuh sekitar 2
jam. Langit sudah mulai terlihat cukup luas artinya perjalanan menuju puncak
sudah semakin dekat. Pohon-pohon sudah mulai rendah dan mulai terlihat banyak
pepohonan berlumut.
Dari Pos 6 kami lanjutkan ke Pos 7 (Pos Kolong Buntu). Perjalanan ditempuh sekitar 2 jam. Menuju pos ini kita mulai memasuki hutan lebat berlumut dan suasananya kadang gelap karena saking rapatnya. Udaranya sangat segar dan dingin, kabut ikut menambah suasana tempat ini makin gelap, tapi pastinya ciamik buat pe-foto-an di sini ya :)
|
hutan lumut sebelum puncak pict taken by Bang Tuah |
Mendekati post 7,
beberapa lokasi harus menggunakan webbing karena jalannya
memang cukup terjal. Sehingga kami bergantian untuk naik dengan
menggunakan webbing. Lelah? pastinya, tapi semangat kami untuk melihat atap Sulawesi Selatan lebih besar dari lelah itu.
|
Jalanan menuju pos pos 7 pict taken by Babang Matz |
Inilah area camping ground yang banyak digunakan oleh pendaki sebelum menuju puncak. Berupa dataran luas yang dipenuhi dengan bebatuan dan berlumut. Di tempat ini kita bisa menemukan sebuah kolam kecil sumber mata air untuk memasak, minum, atau beribadah.
Setibanya mendekati Puncak Rantemario Gunung Latimojong dan sebelum hari gelap kami mengambil beberapa foto sunset, serta mengambil
foto di beberapa tempat yang viewnya ciamik banget buat selfie wefie hehehe…..
Setelah hari mulai
gelap, kami bersih-bersih, rapi-rapi, masak, makan, ibadah, dan bercengkrama
dengan beberapa teman yang baru saya kenal. Then siap-siap
tidur untuk menuju puncak Rante Mario esok subuh.
HARI KE-5 (POS 7 - PUNCAK - POS 5)
Pagi-pagi sekali kami
bangun dan bersiap untuk menuju puncak Rante Mario. Tidak lupa kami membawa
makanan dan minuman secukupnya serta pastinya perlengkapan foto ga boleh
ketinggalan, wajib dibawa heheheh. Perjalanan menuju puncak ditempuh sekitar
1,5 jam.
Menuju puncak, jalan yang dilewati berupa bebatuan kehitaman dan pohon-pohon pendek yang asik buat pe-foto-an, then finally kita sampai Puncak Rantemario Gunung Latimojong, happy bangetttt pastinya. Setelah puas berfoto dan sarapan, kami kembali ke pos 7 dan packing untuk turun.
Perjalanan turun
terasa lebih berat karena berupa turunan terjal, langkah kaki harus diatur agar
tidak terjatuh atau kakinya tidak luka. Saking semangatnya masih di pos 6, kaki
saya cedera karena jalan di turunan terlalu cepat. Mulai dari pos 5 saya berjalan
pelan-pelan dan mencoba paling depan agar tidak tertinggal.
Thanks to
my God dengan kaki yang sakit, saya ditemani Bang matz tiba di Desa
Karangan paling awal sekitar pukul 7-an. Saya beristirahat, bersih-bersih, dan
makan sambil menunggu teman-teman yang belum sampai. Teman-teman yang lain ada
yang baru tiba pukul 11 malam.
HARI KE-6 (POS 5 - MAKASAR)
Esok hari mobil yang
sudah kami pesan tak kunjung tiba, sehingga kamu harus berjalan menuju desa
sebelah. Kami sempat makan dan minum di warung milik warga sembari menunggu
mobil yang menjemput kami.
|
bersama babang Tuah sebelum pulang ke kota |
|
salah satu view di desa terakhir sebelum menuju Latimojong belakangnya rumah adat warga |
Akhirnya siang hari mobil yang kami tunggu tiba
juga, sumringah kami menyambutnya, sore hari kami sampai kembali di Baraka, dan
langsung malam harinya kami melanjutkan perjalanan ke Makassar. Karena esok
hari, kami harus terbang ke Jakarta.
HARI KE-7 (MAKASAR - JAKARTA)
Go home to Jakarta,
see you laters Puncak Rantemario Gunung Latimojong.