Bali dari dulu dikenal dunia sebagai surga wisata dengan pantainya yang indah dan cantik, seni budaya yang kental, dan masyarakatnya yang ramah. Salah satu budaya kental yang masih terjaga sampai sekarang adalah desa-desa adat yang mempertahankan tradisi Bali kuno secara utuh. Salah satunya adalah Kampung Adat Tenganan Pegringsingan, yang berada di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali Timur.
![]() |
Desa ini menjadi salah satu dari sedikit desa Bali Aga — yaitu kelompok masyarakat Bali asli yang tidak terpengaruh oleh kebudayaan Majapahit — dan dikenal luas karena adat istiadatnya yang unik karena mempunyai, sistem kehidupan sosial yang terstruktur, serta kain tenun ikat ganda yang langka dan bernilai tinggi.
Sejarah dan Asal-usul Desa Tenganan Pegringsingan
Tenganan adalah salah satu desa tertua di Bali, yang dipercaya telah ada sebelum kedatangan kerajaan Majapahit ke pulau ini pada abad ke-14. Masyarakat Tenganan termasuk kelompok Bali Aga, yang berarti "Bali asli" atau "Bali gunung", dan mereka mempertahankan tatanan kehidupan pra-Hindu Majapahit dengan sangat ketat.
Legenda Asal-usul
Menurut kepercayaan masyarakat lokal, Tenganan lahir berkaitan dengan kisah seorang raja pada masa kerajaan Bedahulu bernama Raja Mayadenawa. Setelah kekalahannya oleh Dewa Indra, wilayah Tenganan diberikan kepada penduduk setempat sebagai tanda penghargaan karena kesetiaan mereka kepada dewa.
![]() |
Suasana Kampung Adat Tenganan Pegringsingan |
Dewa Indra dianggap sebagai pelindung utama masyarakat Tenganan, dan karena itu mereka menganut bentuk agama Hindu yang khas, yaitu Hindu Indraisme.
Tenganan juga dikenal karena sistem sosialnya yang sangat tertutup. Awalnya, yang boleh tinggal di di desa ini, hanya mereka yang lahir dan menikah di desa tersebut. Sekarang aturan tersebut mulai dilonggarkan, struktur masyarakat dan adat istiadatnya tetap terjaga dengan baik.
Keunikan Arsitektur dan Tata Ruang Desa
Pertama kali berkunjung ke Kampung Adat Tenganan Pegringsingan pada tahun 2019 bersama teman-teman sepulang melakukan volunteering dan kedua kalinya tahun 2023 pasca covid. Saat memasuki Desa Tenganan ini, suasana langsung berbeda dengan desa-desa lain di Bali. Rumah para penduduk berderet rapi mengikuti garis horizontal dari utara ke selatan, dengan jalan utama membentang di tengah desa. Bangunan rumah terbuat dari campuran tanah liat, batu, dan kayu, dengan bentuk arsitektur khas yang tidak mengalami banyak perubahan sejak ratusan tahun lalu.
![]() |
Salah satu tempat upacara adat di Kampung Adat Tenganan Pegringsingan |
Di sepanjang jalan desa, terdapat banyak bale agung (bangunan serbaguna), pura-pura kecil, serta balai pertemuan yang digunakan untuk musyawarah warga. Keluarga yang menempati rumah Kampung Adat Tenganan, memiliki rumah yang bangunannya terdiri dari beberapa bangunan. Setiap bangunan memiliki fungsi masing-masing, seperti tempat tidur, dapur, dan ruang upacara.
Atraksi Budaya dan Wisata di Tenganan Pegringsingan
1. Kain Tenun Gringsing
Kain gringsing merupakan salah satu kain yang menjadi daya tarik utama Tenganan. Kain ini dibuat dengan teknik ikat ganda (double ikat), yang hanya bisa ditemukan di tiga tempat di dunia yaitu Tenganan (Indonesia), Gujarat (India), dan Jepang. Proses pembuatannya sangat rumit dan bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk satu lembar kain.
Nama kain gringsing sendiri diambil dari dua kata yaitu kata gring (sakit) dan sing (tidak). Jika digabungkan memiliki arti penolak bala atau penyembuh. Kain ini tidak hanya digunakan sebagai busana adat, tapi juga sebagai bagian dari upacara keagamaan, simbol status sosial, dan warisan leluhur. Semua wisatawan yang berkunjung diizinkan untuk melihat langsung proses pembuatannya. Kita juga sebagai wisatawan boleh membeli kain khas gringsing dan menggunakannya.
2. Upacara Mekare-kare (Perang Pandan)
Salah satu atraksi wisata budaya paling terkenal di Tenganan adalah Mekare-kare, atau yang sering disebut Perang Pandan. Upacara adat ini biasanya digelar setiap tahun pada bulan Juni dalam rangkaian festival Usaba Sambah.
Dalam tradisi ini, para pemuda desa bertarung satu lawan satu menggunakan ikatan daun pandan berduri sebagai senjata, dan tameng dari rotan. Alat-alat ini digunakan bukan untuk menyakiti, tetapi sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Indra, dewa perang dan pelindung masyarakat adat Tenganan. Luka-luka kecil yang muncul hasil dari atraksi akan diobati dengan ramuan herbal tradisional.
Upacara adat ini bukan hanya memperihatkan atraksi yang menegangkan, tetapi juga menjadi cara masyarakat Tenganan untuk memberikan edukasi soal budaya yang sangat berharga bagi generasi muda dan pengunjung.
3. Festival dan Upacara Adat Lainnya
Tenganan juga sering mengadakan berbagai upacara adat lainnya sepanjang tahun. Upacara ini diperbolehkan untuk disaksikan para turis. Seperti Ngusaba, Perang Api, dan ritual pertanian. Upacara adat ini menunjukkan keterikatan masyarakat Tenganan dengan alam, siklus musim, dan kepercayaan leluhur sangatlah kuat.
Wisatawan yang datang di waktu yang tepat dapat menyaksikan upacara ini secara langsung dan merasakan atmosfer spiritual yang kuat, tanpa harus merasa menjadi outsider — karena warga sangat terbuka terhadap pengunjung yang menghormati adat istiadat mereka.
4. Wisata Edukasi dan Kerajinan Tangan
Di Tenganan, pengunjung juga dapat menikmati pengalaman wisata edukasi, seperti belajar menenun gringsing, membuat kerajinan lontar, dan mengikuti lokakarya tari atau musik tradisional. Banyak penduduk lokal yang membuka rumah mereka sebagai galeri mini, memajang karya seni dan kerajinan tangan yang bisa dibeli langsung.
![]() |
Pusat kerajinan Kampung Adat Tenganan Pegringsingan |
5. Keindahan Alam Sekitar
Tenganan juga memiliki alam yang memesona. Lokasinya berjarak sekitar beberapa kilometer saja dari Pantai Candidasa, membuat para pengunjung bisa sekaligus mengunjunginya. Selain itu, desa ini juga menyuguhkan pemandangan sawah terasering, hutan tropis, dan bukit yang cocok untuk kegiatan tracking dan fotografi alam.
Bagi pecinta keheningan dan keaslian, suasana desa ini jauh dari keramaian turis seperti di Ubud atau Kuta, menjadikannya tempat yang ideal untuk relaksasi dan kontemplasi.
Etika Berkunjung ke Tenganan Pegringsingan
Mengingat Kampung Adat Tenganan Pegringsingan merupakan desa adat dengan aturan yang ketat, pengunjung diharapkan untuk:
1. Berpakaian sopan dan menghormati tempat suci.
Gunakan pakaian yang sopan ketika mengujungi Kampung Adat Tenganan Pegringsingan ini, karena masyarakat lokal masih sangat kental dengan adat dan budayanya ini. Terutama kalau kamu berkunjung saat memasuki area pura atau mengikuti upacara adat. Jangan menggunakan pakaian terbuka, pendek seperti tank top dan celana pendek. Kalau kamu ingin tahu dan masuk ke puranya, gunakan kain (kamen) dan selendang sesuai budaya dan adat Bali. Biasanya mereka sudah menyiapkannya untuk para tamu.
2. Hormati adat budaya setempat
Kampung Adata Tenganan Pegringsingan sering mengadakan upacara adat yang sangat sakral, seperti Perang Pandan atau ritual keagamaan lainnya. Kalau kamu berkunjung saat upacara ini, jangan terlalu dekat dengan kegiatan upacara takutnya mengganggu, jangan berisik, dan jangan melakukan hal-hal yang bisa mengganggu upacara tersebut. Mengambil foto boleh saja, tetapi harus dengan izin, terutama saat upacara sedang berlangsung.
3. Tidak masuk ke rumah warga sembarangan
Warga Tenganan terkenal dengan keramahannya. Hal ini terbukti ketika saya dan teman-teman berkunjung, mereka menyambut kami dengan ramah dan enuh senyum. Bahkan kami bercengkrama mengobrol dengan seorang nenek yang usianya katanya sudah 100 tahun lebih. Meski pun dengan bahasa Indonesia yang sedikit terbata-bata.
Namun meski pun penduduknya ramah, para pengunjung harus tetap menjaga tatak rama dan tidak boleh sembarangan masuk ke rumah atau bangunan tradisional tanpa izin. Meskipun ada beberapa bagunan rumah yang dijadikan galeri hasil kerajinan masyarakat di sini atau tempat edukasi, namun tetap jaga etikanya. Pastikan jika ingin masuk rumah warga atau masuk ke tempat suci didampingi oleh pemandu jangan asal masuk.
4. Menjaga kebersihan lingkungan
Seperti tempat wisata budaya lainnya, menjaga kebersihan merupakan hal yang harus dijaga. Kemana pun kamu berwisata, jangan pernah membuang sampah sembarangan. Apalagi kamu sampai merusak atau menghancurkan tanaman milik warga dan fasilitas umum di sekitar kampung adat ini.
5. Menghormati nilai dan kepercayaan lokal
Kampung Adat Tenganan Pegringsingan masih memegang kuat adat dan kepercayaan Hindu Bali kuno (Indraisme), sehingga hasilnya masyarakat Tenganan sangat menjunjung tinggi spiritualitas. Pengunjung jangan pernah berlaku atau bersikap meremehkan atau mempertanyakan kepercayaan mereka secara tidak sopan.
6. Berinteraksi dengan sopan
Ketika berbicara dengan penduduk di sana, gunaan bahasa yang sopan, lembut, juga dengan nada tenang. Mereka sangat ramah dan penuh senyum, jadi lakukan hal yang sama. Hati-hati juga ketika menyentuh kerajinan atau karya milik warga yang ditunjukkan kepada kita, karena hal itu juga sebagai salah satu bentuk kesantunan yang sangat diapresiasi. Apresiasi dengan senyuman ketika mereka menunjukannya kepada kita.
Dengan menjaga etika selama berada di Tenganan, pengunjung tidak hanya menunjukkan rasa hormat terhadap budaya lokal, tetapi juga ikut berperan dalam melestarikan warisan budaya Bali yang tak ternilai harganya.
Warga Kampung Adat Tenganan Pegringsingan memiliki karakter sifat yang sangat ramah kepada siapa pun, termasuk kepada wisatawan yang berkunjung. Mereka sangat welcome dan senang berbagi cerita kepada siapa pun yang mengunjungi dan menghormati tradisi mereka.
Penutup
Desa Tenganan Pegringsingan bukan hanya destinasi wisata, tapi juga warisan budaya hidup yang mempertahankan identitas Bali kuno di tengah arus modernisasi. Dari sistem sosialnya yang unik, kain tenun gringsing yang langka, hingga ritual Perang Pandan yang sakral, semuanya menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi siapa saja yang ingin memahami sisi lain Pulau Dewata.
Jika Anda ingin merasakan esensi sejati Bali, jauh dari keramaian dan pariwisata massal, maka Tenganan adalah tempat yang wajib dikunjungi. Di sini, Anda tidak hanya menjadi turis — Anda menjadi saksi dari budaya yang telah hidup selama berabad-abad.
0 Comment
Silakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.