LEANG PETTAKERE, SITUS SEJARAH MANUSIA PURBA

Taman Arkeologi Leang-Leang di Maros, Sulawesi Selatan, adalah salah satu situs prasejarah paling penting di Indonesia. Terletak di tengah kawasan karst yang megah, taman ini menyimpan jejak kehidupan manusia purba berupa lukisan dinding, cap tangan, dan artefak batu berusia ribuan tahun. Keindahan alamnya berpadu dengan nilai sejarah yang mendalam, menjadikan Leang-Leang destinasi wisata edukatif yang memukau sekaligus sarat makna budaya.

Salah satu tempat bersejarah di taman arkeolog Leang-leang ini adalah Leang Pettakere atau Gua Pettakere yang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata populer di Sulawesi.

leang pettakere makassar


Sejarah Leang Pettakere

Gua Pettakere adalah salah satu situs prasejarah yang terletak di kawasan Taman Arkeologi Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Taman Arkeologi atau Prasejarah Leang‑Leang sekarang juga resmi menjadi pusat informasi lukisan prasejarah.

Leang Pettakere sendiri berada di dalam wilayah bentang alam karst Maros-Pangkep, salah satu gugusan batu kapur tertua di dunia. Keberadaan gua ini menjadi bukti penting bahwa Sulawesi sudah dihuni manusia purba sejak ribuan tahun silam. Saat ini Leang Pette Ker dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros.

Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa Gua Petta Kere telah dihuni oleh manusia sekitar 8.000 hingga 3.000 SM. Penghuni gua tersebut adalah kelompok pemburu dan peramu yang hidup secara nomaden. Di dalam gua ditemukan berbagai artefak, seperti alat serpih batu, sisa makanan berupa kerang, serta tulang-tulang binatang yang menunjukkan aktivitas kehidupan sehari-hari.

leang petta kere maros pangkep


Salah satu ciri paling ikonik dari Leang Pettakere adalah keberadaan lukisan dinding gua, terutama cap tangan berwarna merah. Lukisan ini dibuat dengan teknik semprot menggunakan pigmen alami. Selain itu, terdapat juga lukisan babi rusa yang diyakini memiliki nilai simbolik atau religius. Pola dan teknik ini serupa dengan gua-gua prasejarah lainnya di Leang-Leang.

Lukisan cap tangan di Leang Pettakere dianggap sebagai bentuk awal ekspresi budaya manusia di wilayah Nusantara. Beberapa cap tangan bahkan memperlihatkan jumlah jari yang tidak lengkap, yang oleh sebagian peneliti diasosiasikan dengan praktik ritual, seperti potong jari sebagai tanda duka atau persembahan spiritual.

Gua ini pertama kali diteliti oleh arkeolog Belanda, H.R. van Heekeren dan Heeren Palm, pada tahun 1950-an. Sejak itu, berbagai penelitian lanjutan terus dilakukan oleh tim arkeologi Indonesia dan dunia, yang memperkuat posisi Maros sebagai situs arkeologi penting di Asia Tenggara.

Secara historis, Leang Pettakere bukan hanya peninggalan masa lalu, tetapi juga cermin bagaimana manusia purba di Sulawesi telah mengenal seni, simbolisme, dan kehidupan spiritual. Nilai sejarah dan budaya ini menjadikan Leang Pettakere sebagai situs warisan yang sangat penting untuk dilestarikan.

Akses dan Lokasi Leang Pettakere

Secara administratif, Leang Pettakere beralamat di Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Leang Pettakere berada kira‑kira 300 meter dalam kawasan Leang‑Leang. 

Akses dari Makassar memerlukan waktu sekitar 1 jam hingga 1,5 jam melalui jalan poros Maros‑Bantimurung dan jalan lingkungan menuju kawasan Leang‑Leang. Untuk mencapai mulut gua ini, pengunjung harus menaiki sekitar 64 anak tangga.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk

Jam operasional Taman Prasejarah Leang‑Leang, yang mencakup Gua Petta Kere adalah pukul 08.00 hingga 16.00 WITA setiap hari. Dan harga tiket masuk untuk umum orang dewasa Rp 15.000 per orang untuk pengunjung dewasa lokal dan untuk pelajar atau siswa Rp 10.000 per orang. Dan jika ingin masuk ke gua, wajib menggunakan guide dengan harga tertentu.

Kegiatan Menarik di Leang Pettakere

Ini dia beberapa atraksi dan kegiatan menarik di Gua Petta Kere dan sekitarnya adalah:

1. Melihat Lukisan dan Cap Tangan Purba

Dinding gua dihiasi gambar telapak tangan yang jumlahnya sekitar 27 di Petta Kere, dan juga ada gambar babi rusa. Lukisan‑lukisan ini menggunakan pigmen alami, warna merah dominan, dan terdapat juga artefak seperti alat serpih, mata panah.

leang petta kere maros pangkeb makassar
Sumber: https://leangleangdesa.maroskab.go.id/


2. Berfoto di Anak Tangga

Mendaki anak tangga yang jumlahnya sekitar 64 buah anak tangga, untuk mencapai mulut gua adalah bagian dari perjalanan. Ada jalur besi dan tangga bantu agar pengunjung bisa naik dengan relatif aman. Medannya menanjak, terutama mendekati gua. Berfoto di tempat ini menjadi salah satu hal wajib saat berkunjung ke gua ini.

3. Spot Panorama Alam Karst

Sejak dari jalan masuk, pengunjung akan lewat pemandangan tebing kapur (karst), formasi batu hitam unik, sungai kecil, hutan di sekitarnya, semacam perpaduan antara alam dan sejarah. Cocok untuk foto, relaksasi alam, melihat suasana senja atau pagi hari. 

4. Edukasi dan Interpretasi Sejarah

Taman Arkeologi Leang‑Leang menyediakan fasilitas seperti ruang informasi, petunjuk literatur, guide atau pemandu wisata yang menjelaskan tentang lukisan, artefak, masa kehidupan prasejarah, kepercayaan, ritual seperti cap tangan. 

5. Fasilitas Umum dan Kenyamanan Pengunjung

Toilet, jalur setapak, gazebo atau shelter untuk istirahat, area parkir, warung di luar area gua. Fasilitas ramah disabilitas juga mulai dikembangkan, termasuk jalur khusus dan narasi audio untuk pengunjung tuna netra di beberapa bagian.

Pengalaman Seru Mengunjungi Gua Leang Pettakere

Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel sebelumnya yaitu membahas tentang Karst Rammang-rammang, bahwa saya pertama kali mengunjungi Makassar adalah tahun 2013 yaitu bersama teman-teman dari Jakarta. Selama bekeliling di Makassar, kami menyewa mobil elf. Termasuk mengunjungi Leang Petta Kere yang menjadi salah satu wisata sejarah di Makassar.

Lokasinya yang berada di dalam kawasan Karst Rammang-rammang membuat perjalanan lebih menghemat waktu. Karena selesai mengelilingi Karst Rammang-rammang, kami bisa langsung mengunjungi gua ini.

Jaraknya juga tidak begitu jauh dari bebatuan karst. Saat itu staff di kawasan ini, menawarkan untuk melihat gua yang sering dijadikan penelitian para arkeolog ini. Saat itu kami membayar biaya masuk seikhlasnya untuk guide atau pemandu wisata yang membantu menjelaskan sejarah gua ini.

gua pettakere sulawesi


Dari deretan karst cantik, kami akan berjalan sedikit masuk ke dalam hutan terbuka dan terang. Setelah itu kami harus menaiki anak tangga yang terbuat dari besi kokoh kurang lebih berjumlah 64 anak tangga untuk bisa sampai di mulut gua Leang Petta Kere. Karena anak tangganya tidak begitu lebar, jadi harus hati-hati. Bentuk tangga ini lumayan menanjak, terutama saat mendekati gua, cukup melelahkan karena di luar juga cuaca sangat panas.

Saat masuk ke dalam gua, pengunjung akan langsung disuguhkan cap-cap tangan berwarna merah yang menempel di dinding batu. Rasanya seperti melihat pesan diam dari sejarah yang sudah ada ribuan tahun lalu, seperti tersambung langsung ke masa prasejarah, ditambah cerita sang guide yang sangat detail, terasa masuk ke dalam alur ceritanya.

gua petta kere makassar


Di dalam gua ini, ada juga 2 gambar babi rusa, juga terdapat lukisan dinding prasejarah yang terdiri dari 27 gambar telapak tangan. Ada 17 gambar telapak tangan yang masih utuh. Menurut perkiraan sejarah, gambar tangan ini adalah gambar tangan perempuan dan ukurannya tidak terlalu besar. Menurut sejarah gambar-gambar ini dibuat dalam waktu yang tidak bersamaan. Usia gambar tersebut diperkirakan lebih dari 5.000 tahun silam. 

Semua gambar tangan tersebut berwarna merah. Konon katanya, lukisan-lukisan itu dibuat oleh manusia purba yang hidup ribuan tahun silam. Dan kenapa warnanya merah, karena lukisan-lukisan ini menggunakan pigmen alami atau pewarna alami dengan dan teknik semprot dari bahan-bahan seperti oker, yang dapat meresap ke dalam pori-pori batu.

petta kere


Guide atau pemandu wisata juga menjelaskan di dalam gua ini juga terdapat artefak batu berupa serpih bilah alat batu dan mata panah. Saya juga melihat lukisan babi rusa dan beberapa artefak yang dipamerkan di dekat area gua. Ada juga sampah dapur berupa kulit kerang dan keong. Alat-alat ini menjadi bukti adanya kehidupan di masa lalu di dalam gua ini. Hawa udara di dalam gua ini cukup dingin meskipun di luar sangat panas.

Guidenya juga menceritakan bahwa dulu pernah dilakukan penelitian pertama kalinya, sekitar tahun 1950-an. Yaitu oleh seorang arkeolog asal Belanda yang bernama H.R. van Heekeren dan Heeren Palm. Kemudian penelitian juga berlanjut oleh arkeolog Indonesia dan Asutralia yang menemukan beberapa lukisan di gua-gua sekitarnya, seperti di Leang Timpuseng. Lukisan-lukisan ini diperkirakan memiliki usia lebih dari 40.000 tahun, menjadikannya salah satu lukisan gua tertua di dunia.

leang petta kere situs arkeolog


Dan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh arkeolog Indonesia dan dunia, maka setelah tahun 1970-an, menjadikan kawasan Leang-Leang yang juga termasuk Gua Petta Kere ini, sebagai situs arkeologi penting di Asia Tenggara yang harus dilestarikan.

Mengunjungi Leang Petta Kere, membuat saya dan teman-teman belajar banyak soal sejarah zaman dahulu, khususnya tentang sejarah kehidupan di masa lalu. Akhirnya setelah kami puas berfoto dan mendengarkan sejarah tentang gua ini dari guide, kami memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata lainnya.

hutan leang petta kere


Seperti di Cagar Budaya Bori Paring, di sinipun tidak banyak foto yang saya ambil saat itu. Namun mengunjungi Leang Petta Kere di kawasan Taman Arkeologi Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan, adalah pengalaman yang tak terlupakan dan pastinya menambah wawasan saya. Mengunjungi Leang Petta Kere bukan hanya sekedar jalan-jalan, tapi juga belajar menghargai warisan budaya manusia. Tempat ini adalah bukti nyata bahwa seni dan simbolisme sudah hidup sejak zaman purba.

Bangga banget jadi warga Indonesia, kita lahir di negara yang sangat kaya akan banyak hal, termasuk kekayaan budaya dan sejarahnya yang melimpah. Mari kita lestarikan budaya dan sejarah ini, dengan tidak merusaknya.

Itu dia pengalaman saya mengunjungi Gua Leang Petta Kere di kawasan Karst Maros-Pangkep. Buat kamu yang berkunjung ke sana, plase untuk tidak merusaknya dengan cara apapun. Ada yang pernah mengunjungi situs budaya ini? Boleh banget untuk sharing di kolom komentar.

0 Comment

Silakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.