Pura-pura di Bali bukan sekadar tempat ibadah, melainkan simbol harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Setiap pura memiliki keunikan arsitektur dan makna spiritual yang mendalam, mencerminkan kearifan lokal serta keyakinan umat Hindu Bali. Dikelilingi pemandangan alam yang menakjubkan, pura-pura ini menjadi saksi hidup tradisi yang terus dijaga, menghadirkan suasana damai dan sakral bagi siapa pun yang mengunjunginya.
Mengenal Pura Uluwatu, Pura Sakral Ikonik di Bali
Pura Uluwatu atau dikenal dengan nama Pura Luhur Uluwatu terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali yang merupakan salah satu pura ikonik di kota Bali. Nama Uluwatu sendiri berasal dari kata ulu yang artinya ujung atau atas dan kata waktu yang artinya batu. Kata ini merujuk pada lokasi pura di puncak karang yang menjulang ke laut. Jalanan dan viewpoint di tebing menyediakan pemandangan laut lepas dan sunset yang indah.
Pura ini dibangun di tebing karang yang menjorok ke Samudera Hindia dengan ketinggian sekitar 70–79 meter di atas permukaan laut. Menurut catatan sejarah, pura ini menjadi salah satu dari pura sad kahyangan jagat, yaitu enam pura arah penting di Bali yang berfungsi sebagai titik suci bagi umat Hindu Bali.
Menurut tradisi, seorang resi Jawa bernama Dang Hyang Nirartha pernah melakukan tapa-brata di tempat ini dan kemudian mencapai moksha atau pembebasan, sehingga pura ini juga dikenal sebagai tempat yang sakral. Maka tak heran jika Pura Uluwatu menjadi salah satu pura sakral dan sangat dihormati.
Harga Tiket Masuk
Harga tiket dibedakan untuk dewasa dan anak-anak, serta wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Untuk tahun 2025, wisatawan nusantara - dewasa Rp30.000. Wisatawan nusantara - anak-anak sekitar Rp20.000. Wisatawan mancanegara - dewasa Rp 50.000. Wisatawan mancanegara - anak-anak Rp30.000. Tiket sudah termasuk peminjaman sarung dan selendang yang wajib dipakai saat memasuki area pura.
Buat kamu yang ingin menonton Tari Kecak di Pra Uluwatu yang rutin diadakan setiap hari pukul 05.00 sore waktu setempat, kamu wajib membayar biaya tambahan. Semua wisatawan bisa membeli tiket ini secara online maupun secara langsung.
Cara menuju ke Pura Uluwatu
Pura Uluwatu berada sekitar 45 menit hingga 1 jam dari Bandara Ngurah Rai, tergantung lokasi hotel dan kondisi lalu-lintas. Buat kamu yang pertama kali ke Pura Uluwatu, kamu dapat mengambil rute dari Bandara Ngurah Rai → arah Jimbaran → terus menuju Pecatu/Uluwatu/Utara Jalan Raya Uluwatu.
Sebaiknya kamu membawa kendaraan pribadi atau sewaan seperti mobil atau motor, karena tidak ada angkutan umum yang langsung menuju pura. Selain itu memesan transportasi online juga cukup sulit, sehingga disarankan menyewa kendaraan pulang pergi.
Sebaiknya kamu datang lebih awal jika ingin melihat matahari terbenam dan menyaksikan pertunjukan tari, karena area ini biasanya akan ramai. Selain itu jika kamu datang terlalu sore, area parkir akan penuh dan kau akan berjalan cukup jauh.
Jam Buka & Fasilitas
Pura Uluwatu buka jam operasional untuk wisatawan setiap hari pukul 07.00 – 19.00 WITA. Sementara untuk area sembahyang atau tugas keagamaan bisa buka 24 jam.
Fasilitas
Di kawasan wisata Pura Uluwatu tersedia berbagai fasilitas untuk wisatawan seperti peminjaman sarung dan selendang di pintu masuk, area pembelian tiket masuk resmi, area parkir untuk mobil dan motor yang luas, toilet umum, warung makan atau oleh-oleh di area luar atau sekitar lokasi peningkatan wisata, dan juga keamanan.
Medan agak berbukit dan banyak anak tangga serta tebing. Untuk alasan keselamatan dan keamanan bagi pengunjung dengan mobilitas terbatas seperti orangtua atau anak-anak perlu pengawasan khusus dan perlu ekstra hati-hati.
Pengalaman Mengunjungi Pura Uluwatu
Saya sudah mengunjungi Pura Uluwatu ini beberapa kali, karena sudah beberapa kali ke Bali dengan teman-teman yang berbeda dan mereka belum pernah ke tempat ini. Akhirnya saya kembali untuk mengantar mereka, sekaligus menyaksikan Tari Kecak yang sangat indah saat matahari terbenam dari ketinggian.
Saya bersama teman-teman selalu menyewa mobil untuk mempermudah mobilisasi, mengingat memesan kendaraan online di tempat ini cukup sulit dan lama. Biasanya driver akan drop kami di depan pintu masuk dekat pembelian tiket atau di area parkir dekat dengan pintu masuk. Beberapa kali membeli tiket masuk secara offline, biasanya kami dibantu oleh bapak driver.
Setelah mendapatkan tiket masuk sepaket dengan kain yang wajib dipakai oleh semua wisatawan, kami langsung melihat-lihat kawasan wisata ini. Beberapa kali ke tempat ini saya tiba sekitar pukul 2 atau 3 sore, karena sebelum menyaksikan Tari Kecak, saya dan teman-teman berkeliling mengunjungi berbagai spot wisata yang ada di Pura Uluwatu ini. Pastinya kami juga akan mengambil dokumentasi.
Patuhi semua aturan selama di dalam kawasan wisata sakral ini, seperti gunakan kain yang sudah diberikan saat membeli tiket masuk, jangan mengganggu monyet-monyet yang berkeliaran, tidak mengganggu kenyamanan wisata lain seperti berteriak atau lainnya.
Serta berhati-hatilah selama mengelilingi beberapa spot, karena ada beberapa yang lokasinya harus naik tangga dan pinggirnya adalah tebing yang bawahnya lautan lepas. Tentu saja ini berkaitan dengan keamanan dan keselamatan kita selama di sana. Terutama yang membawa anak-anak atau lansia, harus hati-hati.
Untuk menyaksikan pagelaran Tari Kecak saya pernah membeli tiket secara online dan pernah juga secara offline. Sebenarnya sama saja, tetapi kalau kita membeli online kita tidak perlu mengantri untuk membeli tiket.
Dan datanglah ke area panggung lebih awal untuk mendapatkan tempat duduk terbaik saat menonton tarian sakral ini. Saya biasanya akan selalu mencari lokasi di tengah atau di atas yang menghadap ke laut, sehingga selama acara tarian, kita bisa menyaksikan matahari terbenam. Selama acara traian juga bersikaplah sopan dan tidak mengganggu kenyamanan wisatawan lain.
Biasanya saat pagelaran tari berlangsung, petugas acara akan membagikan selebaran tentang tarian tersebut, sehingga kita bisa lebih tahu banyak soal sejarah tarian tersebutnya. Saat selesai, jangan buang sembarangan kertas tersebut, jika ingin dibuang, buanglah kertas pada tempat sampah tersedia.
Itu dia pengalaman saya berkunjung ke tempat wisata Pura Uluwatu, yang merupakan pura sakral yang sangat ikonik di kota Bali.
Larangan dan Etika Selama di Pura
Untuk menjaga kesucian dan keamanan, pengunjung harus memperhatikan beberapa larangan dan etika berupa:
- Mengenakan sarung dan selendang serta berpakaian sopan (tutup bahu dan lutut).
- Wanita yang sedang menstruasi secara tradisional tidak diperbolehkan memasuki area suci pura.
- Dilarang membawa atau makan makanan terbuka di area pura, terutama karena banyak monyet liar yang bisa mengambil makanan sehingga tidak aman.
- Jangan memberi makan, menyentuh atau mengejek monyet yang ada di area pura. Mereka dianggap “penghuni” sekaligus pelindung secara spiritual.
- Hindari mengenakan aksesori yang mencolok seperti kacamata, topi, atau perhiasan, karena monyet sering mengambil barang-barang tersebut.
- Tidak merokok di area pura, tidak menggunakan drone tanpa izin, tidak memasuki area ritual jika bukan untuk sembahyang, tidak memanjat tembok atau tebing yang dilarang.
- Hormati saat ada upacara keagamaan dengan bersikap tenang, jangan berisik atau mengganggu umat yang sembahyang.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, kunjungan ke Pura Luhur Uluwatu akan menjadi pengalaman yang lebih nyaman, aman, dan penuh makna, menikmati keindahan alam, sejarah, budaya, serta spiritualitas Bali dalam satu lokasi.
Ada yang pernah mengunjungi Pura Uluwatu dan menyaksikan Tari kecak di atas tebing ini? Boleh sharing di kolom komentar.



0 Comment
Silakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.