WISATA BUDAYA RUWATAN ANAK GIMBAL DI DIENG

Dataran Tinggi Dieng, yang terletak di wilayah Jawa Tengah, bukan hanya terkenal karena keindahan alam dan situs sejarahnya seperti Candi Arjuna, tetapi juga dikenal dengan tradisi unik dan penuh makna yang dikenal dengan Ruwatan Anak Gimbal. Tradisi ini merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Dieng yang kaya akan nilai spiritual dan sosial.

ruwatan anak gimbal dieng


Apa itu Anak Gimbal?

Anak gimbal adalah anak-anak yang dibiarkan memelihara rambutnya dalam keadaan menggimbal atau kusut alami, tanpa disisir atau dipotong hingga rambut membentuk gumpalan seperti gimbal. Fenomena ini tidak sembarangan terjadi, melainkan dianggap memiliki nilai spiritual dan mitos tersendiri di kalangan masyarakat Dieng.

Sejarah Ruwatan Anak Gimbal di Dieng

Tradisi anak gimbal di Dieng sudah berlangsung turun-temurun dan erat kaitannya dengan kepercayaan spiritual masyarakat sekitar, khususnya kepercayaan pada leluhur dan kekuatan gaib yang dipercaya melindungi daerah tersebut. Sejarah ruwatan ini tidak dapat dipisahkan dari legenda dan mitos yang berkembang dalam masyarakat Dieng.

Menurut cerita turun-temurun, rambut gimbal yang dimiliki anak-anak di Dieng merupakan berkah dan warisan dari seorang tokoh spiritual bernama Kyai Kolodete. Kyai Kolodete ini dipercaya sebagai leluhur sekaligus pelindung Dieng yang mempunyai rambut gimbal. Anak-anak Dieng yang memiliki rambut gimbal dianggap memiliki energi positif. Sekaligus menjadi penjaga keseimbangan alam dan juga sebagai sebuah tanda keberkahan dan perlindungan. 

Namun, rambut gimbal juga dianggap membawa konsekuensi spiritual dan sosial. Masyarakat meyakini bahwa rambut gimbal bisa mengundang gangguan roh jahat atau nasib sial jika tidak diruwat dengan benar. Oleh karena itu, dilakukanlah prosesi ruwatan sebagai bentuk upacara penyucian dan pelepasan dari energi negatif.

Sewaktu saya berkunjung ke Dieng, saya mengobrol banyak dengan pemilik hotel dan diceritakan banyak soal Ruwatan Anak Gimbal ini. Jadi ruwatan berasal dari kata Jawa yang berarti membersihkan atau menyucikan.

Dalam konteks anak gimbal, ruwatan merupakan ritual untuk membersihkan atau melepaskan energi negatif yang dipercaya menempel pada anak-anak tersebut karena rambut gimbal yang mereka miliki. Ritual ini juga merupakan bentuk syukur kepada leluhur dan Tuhan atas keberkahan dan perlindungan yang telah diberikan.

Prosesi ruwatan tidak hanya bermakna sebagai ritual keagamaan, tapi juga sebagai simbol pengakuan sosial bahwa anak-anak tersebut siap untuk memasuki fase baru dalam hidup mereka. Melalui ruwatan, anak-anak ini dianggap telah menjalani proses pembersihan dan mendapatkan harapan akan masa depan yang lebih baik, bebas dari kesialan atau gangguan. Jadi maknanya memang sangat luas ya.

Kapan Ruwatan Anak Gimbal Dilakukan?

Tradisi ruwatan anak gimbal biasanya dilakukan dalam rangkaian acara Dieng Culture Festival (DCF) yang diselenggarakan setiap tahun. Festival ini biasanya diadakan antara bulan Juni sampai Agustus, saat musim kemarau tiba dan cuaca di Dieng cukup bersahabat untuk melaksanakan upacara di luar ruangan.

Sayangnya saat saya berkunjung tidak bertepatan dengan Dieng Cultural Festival, sehingga tidak bisa menyaksikan acara ruwatan ini. Tetapi saya beruntung diceritakan banyak soal ruwatan anak gimbal ini oleh pemilik penginapan dan teman yang mengantar saya ketika ke Gunung Prau.

Dan beruntung, sewaktu saya mengunjungi tempat wisata Dieng Wonosobo, saya dapat bertemu langsung dengan salah satu anak gimbal Dieng ini yang konon katanya agak sulit juga untuk dijumpai dan diajak ngobrol. Berfoto dan bercengkrama mengobrol banyak dengan orangtuanya saat saya hendak ke Bukit Scooter. Saya mendapatkan banyak cerita mengenai anak gimbal dan upacara ruwawatannya, dari ibu pemilik anak rambut gimbal ini.

anak gimbal dieng
Salah satu anak gimbal di Dieng, foto diambil sudah seizin ibunya


Pelaksanaan ruwatan sendiri hanya dilakukan sekali dalam setahun, karena dianggap sebuah momen sakral yang tidak sembarangan boleh diadakan berulang kali dalam waktu singkat. Prosesnya dimulai dengan persiapan yang matang, termasuk pemilihan hari baik yang dipandu oleh tokoh adat dan pemuka agama setempat.

Saat hari pelaksanaan, anak-anak berambut gimbal ini, akan mengikuti rangkaian upacara dengan khidmat yang diawali dengan kirab keliling desa. Kirab ini berfungsi sebagai simbol pengantar anak-anak menuju fase pembersihan dan penyucian. Anak-anak yang diruwat biasanya mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan perlengkapan tradisional yang memiliki nilai sakral.

Prosesi utama ruwatan adalah panjamasan, yaitu pencucian rambut dengan air suci yang berasal dari mata air alami di kawasan Dieng. Air ini diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat membersihkan energi negatif dan menyucikan rambut gimbal. Setelah pencucian, dilanjutkan dengan pemotongan rambut secara simbolis.

ruwatan anak gimbal dieng
Sumber foto: https://jatengprov.go.id/


Pemotongan rambut dilakukan di kompleks Candi Arjuna, salah satu situs peninggalan bersejarah di Dieng yang juga dianggap sebagai tempat suci. Pemotongan rambut biasanya dipimpin oleh tokoh adat atau pejabat yang dituakan di desa tersebut, dengan pengawasan ketat agar prosesi berjalan dengan khidmat.

Rambut yang telah dipotong tidak dibuang sembarangan. Biasanya rambut tersebut dihanyutkan ke sungai atau danau sebagai simbol pelepasan energi negatif yang selama ini melekat. Tindakan ini juga melambangkan harapan agar anak-anak tersebut terhindar dari nasib buruk dan mendapatkan keberuntungan.

Selain memiliki makna spiritual yang dalam, ruwatan anak gimbal juga memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat Dieng. Tradisi ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat mulai dari keluarga anak gimbal, tetua adat, tokoh agama, hingga warga desa. Semua berkumpul bersama untuk mengadakan upacara ruwatan yang sarat makna ini.

Ruwatan juga menjadi sarana pendidikan budaya bagi generasi muda, mengajarkan mereka untuk menghormati adat dan leluhur, serta menjaga keberlangsungan tradisi yang menjadi identitas masyarakat. Anak-anak berambut gimbal yang telah diruwat, dianggap telah melewati ujian dan siap menjalani kehidupan yang lebih baik.

ruwatan anak gimbal dieng


Berkembangnya pariwisata di Dieng yang semakin massif, ruwatan anak gimbal menjadi daya tarik wisata budaya yang unik. Banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara datang untuk menyaksikan prosesi ruwatan secara langsung dalam rangka Dieng Culture Festival. Festival ini tidak hanya mempromosikan ruwatan, tapi juga berbagai seni dan budaya Dieng lainnya seperti pertunjukan musik, seni rupa, dan kuliner tradisional.

Dengan adanya festival ini, diharapkan tradisi ruwatan dapat terus lestari dan menjadi bagian dari pengembangan budaya yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Hal ini juga membantu melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ruwatan anak gimbal.

Ruwatan anak gimbal di Dieng merupakan tradisi unik dan penuh makna yang menggabungkan unsur spiritual, budaya, dan sosial. Berakar dari sejarah dan kepercayaan leluhur, ruwatan tidak hanya menjadi ritual pembersihan dari energi negatif, tetapi juga simbol harapan, perlindungan, dan identitas budaya masyarakat Dieng.

Melalui pelestarian ruwatan anak gimbal, generasi mendatang dapat memahami dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Dieng, menjaga agar tradisi ini tetap hidup dan bermakna bagi kehidupan masyarakat.

Pernahkah kamu menyaksikan Ruwatan Anak Gimbal di acara Dieng Culture Festival? Kalau sudah boleh banget untuk sharing pengalamannya di kolom komentar.

0 Comment

Silakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.