Ceritaku menjadi saksi perubahan iklim
Berbicara isu lingkungan selalu menjadi hal yang menarik buat saya pribadi, ketika saya melanjutkan pendidikan master saya di bidang tourism, salah satu mata kuliah yang saya pelajari adalah mengenai Ekologi Lingkungan.
Tentu saja mata kuliah ini banyak membahas seputar isu-isu lingkungan, termasuk perubahan iklim, bagaimana bumi mengalami kerusakan akibat dari aktivitas manusia, bagaimana kondisi bumi kedepannya jika tidak dilakukan tindakan pencegahan atau setidaknya memperlambat dan memperbaiki. Nah, Travel Blogger juga punya peranan penting loh dalam perubahan iklim ini.
![]() |
Salah satu hutan Borneo yang masih asri |
Ketertarikan saya semakin besar ketika saya terjun langsung melakukan penelitian yang membahas dampak lingkungan dari kegiatan tourism, saya menemukan banyak hal menarik. Salah satunya adalah pembangunan hotel yang semakin banyak dan menjulang tinggi, ternyata mempunyai dampak besar terhadap kerusakan lingkungan dan dapat mengakibatkan perubahan iklim.
Waktu itu saya dan beberapa teman melakukan penelitian terhadap pembangunan beberapa hotel berbintang, ternyata dampaknya banyak sekali yang bisa mengakibatkan perubahan iklim di muka bumi ini jika tidak ditangani secepatnya.

Sebagai travel blogger yang sering mengunjungi banyak tempat, membuat saya menyaksikan secara langsung bagaimana kondisi tempat wisata yang masih banyak tidak mengindahkan lingkungan. Masih banyak tempat-tempat wisata yang pengelolaan sampahnya belum ditangani dengan baik. Wisatawan yang masuk dibiarkan melebihi daya tampung (carrying capacity) karena hanya mengejar keuntungan semata.
Saya juga menyaksikan limbah hotel dibuang begitu saja ke tempat umum. Penggunaan energi yang berlebihan di hotel seperti jumlah lampu yang terlalu banyak. Membuang sisa makanan tamu tidak pada tempatnya, dan masih banyak hal lainnya yang tentu saja hal ini berkontribusi terhadap perubahan iklim di bumi ini, terlihat kecil tetapi jika dilakukan sering dan oleh banyak orang akan menjadi bola salju yang siap menghancurkan bumi kita kapan saja.
Efek apa yang dirasakan dengan adanya perubahan iklim?
Beberapa hari lalu saya mengikuti webinar yang diadakan oleh KBR.ID tentang perubahan iklim. Pembicara yang memang ahli bahkan sebagai praktisi di bidang lingkungan turut hadir memberikan paparan jelas tentang kondisi lingkungan kita saat ini seperti apa. Ada Davina Veronica sebagai Pegiat Lingkungan dan Perlindungan Satwa, Zul Karnedi sebagai pelestari penyu dari Bengkulu, serta Mubariq Ahmad selaku Direktur Eksekutif Yayasan Strategi Konservasi Indonesia.
Acara ini juga mengundang Siti Hairul sebagai pelopor penggunaan Menstrual Cup, serta Widyanti Yuliandari Ketua Umum Pusat Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) seorang blogger Indonesia yang rajin aktif menulis dan mengangkat isu-isu lingkungan. Pembahasannya sangat menarik. Saya berharap akan semakin banyak orang-orang seperti para pembicara yang mengangkat isu-isu lingkungan, sehingga awareness orang-orang akan semakin terdorong.
![]() |
Sumber: IG KBR.ID |
Saya sepakat dengan paparan Direktur Eksekutif Yayasan Strategi Konservasi Indonesia, Mubariq Ahmad bahwa salah satu dampak yang dirasakan dari perubahan iklim adalah musim yang makin tidak teratur dan ekstrim, dimana musim hujan sangat pendek dan ketika panas, panasnya akan sangat ekstrim, yang berdampak terhadap banyak keadaan, salah satunya adalah pertanian sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil tani masyarakat. Mubariq Ahmad juga menambahkan bencana dan krisis air sebagai dampak lain yang akan muncul.
Hal ini terbukti, ketika saya traveling ke daerah Dieng tahun 2019, banyak petani yang mengeluhkan musim panas sangat panjang beberapa tahun ini, sehingga hasil panen mereka berkurang, otomatis berpengaruh juga terhadap pendapatan para petani di daerah ini.
![]() |
Sumber: Webinar Online KBR di Youtube |
Kasus lainnya adalah, ketika saya traveling ke Labuan Bajo tahun 2016, suhu udara sangat menyengat mencapai 38 derajat di siang hari, saya mengobrol dengan beberapa warga sana, sebelum banyak pembangunan, suhu udara mereka tidak sepanas saat itu karena masih banyak pohon-pohon besar, setelah ada pembangunan pohon dan hutan-hutan banyak yang ditebang, bahkan berakibat pada kekurangan air bersih, saya sendiri merasakan kekurangan air bersih selama tinggal di tempat ini.
Hal ini membuktikan bahwa sebuah pembangunan berkorelasi dengan menurunnya kondisi alam atau perubahan iklim, jika analisis dampak lingkungan (AMDAL) tidak dilakukan dengan tepat. Hal ini berbanding lurus juga dengan laporan The Global Risk Report 2020 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF) bahwa cuaca panas yang sangat ekstrim dan kerusakan ekosistem alam akibat dari aktivitas manusia menjadi salah satu isu lingkungan yang bersifat global yang akan meningkat di tahun 2020 ini dimana hasil surveinya urutan ke-3 dan ke-4.
Sumber : The Global Risk Report 2020 - World Economic Forum (WEF) |
Kasus lain yang saya lihat ketika traveling ke Lombok tahun 2012, saya melakukan snorkling dengan jarak kedalaman air laut 1 meter saja di salah satu gili, ikan-ikan sudah berhamburan, kondisi airnya masih sangat bersih dan jernih. Ketika saya kembali tahun 2016, pasir yang dulu putih mulai sedikit menghitam dan ikan-ikan mulai sulit ditemukan di kedalaman 1 meter. Saya mulai melihat sampah mulai berserakan dimana-mana.
Kembali lagi, ikan-ikan tersebut sudah kehilangan tempatnya, karena kerusakan yang dilakukan oleh aktivitas manusia, salah satunya adalah membuang sampah sembarangan. Atau ketika saya mendaki gunung, saya menyaksikan sampah bertebaran dimana-mana, ada juga yang malas membawa turun kemudian mereka membakarnya, tentu saja hal ini akan merusak udara di gunung tersebut. Lagi-lagi aktivitas manusia berdampak terhadap perubahan iklim di muka bumi ini.
Tahun 2018 saya berkunjung ke Kalimantan, saya menjadi saksi bisu pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat demi memenuhi kebutuhan hidupnya, karena untuk bisa menghasilkan makanan, mereka harus membakar hutan terlebih dahulu kemudian digarap sebagai ladang.
Tentu saja jika terus-terusan dilakukan akan berkontribusi besar terhadap kerusakan lingkungan. Akibatnya udara semakin panas, udara bersih semakin berkurang, dan tentu saja kesuburan tanah akan terganggu akibat adanya aktivitas pembakaran tersebut. Dilema memang, dan disinilah dibutuhkan kolaborasi para penyusun kebijakan untuk menangani hal ini.
Apa kontribusiku sebagai Travel Blogger dalam mencegah perubahan iklim?
Melihat langsung di lapangan bagaimana kerusakan lingkungan yang terjadi, yang tentu saja memang harus ada kolaborasi dari berbagai pihak untuk memulihkannya, membuat saya berpikir, lantas apa yang bisa saya lakukan sebagai masyarakat untuk ikut berkontribusi baik terhadap perubahan iklim di muka bumi ini.
1. Ikut aksi tanam pohon
Salah satu kontribusi yang sudah saya lakukan untuk menjaga perubahan iklim agar tidak semakin memburuk adalah dengan ikut menanam pohon, hasilnya memang dalam jangka panjang, tapi itu akan dinikmati oleh anak cucu generasi kita berikutnya, di mana mereka masih akan menikmati udara segar berkat pohon yang kita tanam hari ini. Termasuk di rumah, rumahku juga sekelilingnya ditanami tumbuhan seperti sayuran, buah-buahan, tanaman obat, bunga, dan lainnya.
2. Membuang sampah pada tempatnya
Sepertinya hal ini sudah sangat familiar di masyarakat, tapi ternyata di lapangan masih banyak orang yang suka membuang sampah sembarangan. Saya mencoba untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, dan memilahnya mana sampah organik dan non organik. Simpel tapi ga semua orang sudah melakukannya, betulkan? Termasuk saat traveling, berhati-hati untuk tidak membuang sampah sembarangan.
3. Menggunakan tas isi ulang untuk belanja
4. Menghemat air bersih
![]() |
Sumber: Canva edited by Writer |
5. Menggunakan tumbler
Sejak tahun 2012 saya rajin membawa tumbler kemanapun, meskipun ada satu atau dua kali tidak membawanya. Semakin rajin ketika saya melanjutkan kuliah saya di salah satu universitas negeri terbaik di Yogyakarta, kampus ini menghimbau semua mahasiswa, dosen, dan semua kalangan akademik untuk selalu membawa tumbler, bahkan di acara-acara resmi juga akan disediakan botol tumbler bagi tamu. Untuk mendukung hal ini, pihak kampus menyediakan stasion air minum isi ulang siap minum di beberapa titik tertentu.
Hal ini saya lakukan juga saat traveling loh, selalu membawa tumbler, nah biasanya beberapa penginapan ada yang menyediakan air isi ulang atau beberapa negara tertentu sudah menyediakan stasion air siap minum, jadi kita bisa refill.
Pengalaman saya trekking ke Nepal, dua gunung yang saki daki mewajibkan semua trekker untuk membawa tumbler karena mereka tidak menjual air minum dalam kemasan. Sebagai penggantinya kita bisa membeli ke warung milik warga atau melakukan isi ulang di beberapa lokasi yang sudah diatur oleh warga dan pemerintah secara gratis, lebih hemat kan?
6. Menggunakan energi listrik seperlunya
Kontribusi kecil lainnya yang saya lakukan adalah menghemat pemakaian listrik saat di rumah, jika siang hari saya selalu mematikan listrik dan saat tidur juga saya akan selalu mematikan listrik, mencabut laptop atau handphone jika sudah penuh, pokoknya tidak ada aliran listrik jika tidak digunakan. Ini saya lakukan juga ketika traveling loh.
Tidak menggunakan mesin pengering untuk mengeringkan pakaian pada saat musim panas, gunakan matahari sebagai alat pengeringnya. Jadi buat siapapun yang masih pakai mesin pengering padahal musim panas, yuk mulai sekarang tinggalkan kebiasaan itu.
7. Menggunakan sedotan plastik
Sejak tahun 2017 saya mulai menggunakan sedotan non plastik, saat ini sudah banyak dijual sedotan yang terbuat stainless atau dari bambu, nah buat teman-teman yang hobby-nya beli minuman di luar, mulai beli dan bawa tuh sedotan, hal ini sudah berkontribusi kecil loh terhadap pengurangan plastik.
Termasuk jangan membeli alat makan plastik juga yang sekali pakai itu, belilah alat makan yang bisa dipakai berulang kali. Sudah banyak kan sekarang alat makan yang ramah lingkungan. Nah, ketika traveling saya selalu membawa sedotan yang bisa digunakan berulang kali ini loh.
8. Mengurangi penggunaan tisu
Hal kecil lainnya adalah saya mengurangi pemakaian tisu di rumah, menggantinya dengan lap tangan yang bisa dicuci, membawa sapu tangan saat bepergian. Saya masih menggunakan tisu tapi sangat jarang sekali dan hanya untuk hal-hal yang penting saja. Nah, kalau pas lagi traveling, lebih baik gunakan handuk yang disediakan oleh hotel ya ketimbang menggunakan tisu.
9. Memberikan donasi
Melakukan donasi untuk perawatan hutan dan satwa-satwa, banyak belakangan organisasi-organisasi NGO yang melakukan penggalangan dana untuk menjaga hutan dan merawat satwa-satwa yang dilindungi. Atau biasanya ketika saya traveling dan ada kegiatan menanam pohon, suka ada donasi, nah kita bisa tuh berkontribusi kecil untuk perubahan iklim.
10. Tidak memelihara satwa liar di rumah
Saya juga tidak memelihara satwa liar di rumah, membiarkan mereka hidup di alam semestinya. Membiarkan tinggal di habitat mereka adalah satu bentuk kontribusi kita juga loh terhadap lingkungan. Tentu saja ketika mereka tinggal dihabitatnya sendiri akan membantu kelangsungan bumi ini.
Nah itu kontribusi kecil yang sudah saya lakukan, mungkin terlihat sepele atau bahkan belum sempurna. Hal-hal kecil di atas juga kadang luput dilakukan oleh orang-orang.
Kebanyakan orang terlalu fokus ke hal-hal besar dan hanya melihat yang berdampak besar saja, padahal jika hal-hal kecil ini dimulai dan dilakukan oleh ribuan orang tentu saja akan berdampak besar terhadap perubahan iklim yang akan semakin membaik.
Setuju dengan yang diungkapkan oleh mba Widyanti Yuliandari bahwa
"aksi dalam kita menyelamatkan lingkungan ini sebenarnya tidak perlu aksi dari hanya satu dua gelintir orang atau kelompok ya, yang sempurna, tapi kita membutuhkan aksi-aksi yang tidak sempurna yang mungkin penuh kekurangan tapi dari banyak orang"
Ini kontribusi kecilku untuk perubahan iklim bumiku agar lebih baik, dengan tulisan ini, saya mengajak travel blogger dan teman-teman untuk bergerak, yuk bumi butuh aksi nyata kamu untuk membantunya lebih sehat.
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.