Meimoodaema || Travel Blogger

  • Home
  • About
    • About Her
    • Contact Her
    • Disclosure
  • Culinary
    • Culinary
  • Hotel
    • Hotel
    • Hotel Tips
  • Travel
    • Indonesia Destination
      • Jawa & Bali
      • Kalimantan
      • Nusa Tenggara
      • Papua
      • Sulawesi
      • Sumatera
    • International
      • Australia
      • Bhutan
      • Canada
      • Hongkong
      • India
      • Jepang
      • Korea Selatan
      • Laos
      • Malaysia
      • Myanmar
      • Nepal
      • Philipine
      • Singapore
      • Thailand
      • Vietnam
    • Mountaineering
    • Travel Tips
    • Travel Book
    • Travel Movie
    • Voluntourism
  • Thoughts
    • Beauty
    • Blogging
    • Business
    • Education
    • Environment & Social
    • Financial
    • Fashion
    • Healthy
    • Home & Decor
    • Lifestyle
    • Technology

HARI KE-6 (POS 3 - DESA DOROPETI)

Pukul 06.55 tanpa sarapan karena kehabisan air kami melanjutkan perjalanan ke pos 3 ternyata tidak jauh hanya sekitar 20 menit dengan jalanan yang mulai datar namun memang dipenuhi dengan pohon-pohon dan rumput-rumput yang tinggi. Kami lanjutkan menuju pos 2. Kami sudah hampir meninggalkan puncak Gunung Tambora.

Jalur menuju pos 2 ini sudah mulai sedikit terang, pohon sudah tidak terlalu tinggi, tetapi rumputnya masih cukup tinggi dan agak sedikit licin, banyak pohon yang tumbang dan sudah berlumut, sehingga kami harus berhati-hati untuk melangkah. Dengan semangat kami lanjutkan menuju pos 1. 

jalur menuju pos 2, masih banyak turunannya

Pukul 12.00 kami berhenti untuk beristirahat diantara pos 2 dan pos 1, karena lokasinya mendekati sumber mata air. Di tempat ini kami memasak sebagai pengganti sarapan dan sekaligus makan siang.


wefie sebelum melanjutkan perjalanan, muka-muka kenyang :)

Pukul 13.00  cuaca mulai mendung dan sedikit gerimis. Perjalanan menuju pos ini, kami berjalan beriringan untuk menghindari tersesat, karena jalur tidak cukup jelas. Kami sempat kesasar, karena tanda-tanda pendakian yang digunakan sebelumnya sudah hilang, mungkin karena terlalu lama tidak dilewati, saat kesasar kami sempat beristirahat, menunggu kabar dari guide dan porter yang mencari jalur.


sudah mau sampai

Sekembalinya mereka, kami melanjutkan perjalanan ternyata jalurnya masih belum jelas, karena sudah ditumbuhi rerumputan yang lebat. Sampai akhirnya kami mendengar suara mesin penebang pohon. Wajah lelah teman-teman berubah sumringah, kami berharap jalur ke desa sudah mulai dekat. Namun sayangnya kami salah jalur lagi.

Gunung Tambora melalui jalur ini 2 tahun lebih tak pernah dikunjungi kata guide kami. Sampai akhirnya kami menemukan pohon-pohon bekas tebangan, dan suara mesin-mesin penebang pohon.

Perlahan tapi pasti, senyum kami mulai mengembang, rasa lelah itu perlahan hilang tersapu senyum dan harapan bahwa kami akan segera sampai ke kendaraan yang akan menjemput kami.

Suara mesin penebang pohon semakin jelas. Akhirnya kami sampai di jalan setapak yang berbentuk tanah, pasir kadang bebatuan. Namun ternyata mobil penjemput kami tidak bisa naik ke pos 1, karena memang jalurnya licin.


pos terakhir niat hati sudah senang dijempu mobil, ternyata masih harus jalan kurang lebih 2 km lagi

Terpaksa dengan gontai kami masih harus berjalan sekitar 2 km untuk menuju mobil yang menjemput kami. Jalannya lebar dan sedikit berpasir. Terkadang tanah-tanah licin atau justru tanah kering berdebu. Akhirnya kami sampai pukul 17.15 di ketinggian 400 mdpl.

Dari kejauhan kami melihat mobil truk yang hendak menjemput, saya berlari-lari kecil girang agar segera sampai di mobil yang sudah menanti kami. Ah Gunung Tambora membuatku bahagia sekaligus lelah hehehe.


kasihan banget sepatunya, perjalanannya padahal masih 2 km lagi :(

Wajah-wajah lelah itu perlahan mengembangkan senyumnya, kami menaiki truk itu dengan semangat. Mobil usang itu membawa kami dengan penuh kebahagiaan. Melepas penat kami yang berhari-hari harus melintasi hutan-hutan lebat.


sepanjang jalan dari pos terakhir banyak nemu ini, tumbuh liar dipetikin sama bapak porternya :)

Kami harus berpisah dengan Pak Jhon dan Pak Pote, orang yang menjaga dan membantu kami selama perjalanan. Keduanya sangat baik. Malam itu juga kami harus ke Bima, karena esok hari beberapa dari kami pulang ke kotanya masing-masing. Terima kasih Pak Jhon dan Pak Pote terima kasih untuk kebaikannya. See you Gunung Tambora pesonamu takan usang oleh waktu.


muka-muka sumringah setelah jalan berhari-hari, padahal truknya sudah bolong-bolong yang penting senang :)

Kami diajak singgah di Pos Pengamatan Gunung Api Tambora. Setelah bersih-bersih, kami mengobrol dengan petugas yang berasal dari Bandung, yang sedang ditugaskan dari Kementerian ESDM untuk memonitoring kondisi Gunung Tambora.


rumah singgah milik Badan Geologi, abaikan kulit yang menghitam :)

Cara Tuhan memang selalu indah mempertemukan kami dalam minat yang sama dan sampai sekarang masih terjaga silaturahminya. Thanks ya buat teman-teman Sawi, Ichung, Lidia, Mba San, Pak De Agus, Pak Toto, Rendra, Ayu dan Zuzu. Om Mawardi semoga lain kali kita pergi bareng ya Om, see you next trip ya guys in Cartenz….……….

Tips dan Trik :

  1. Selalu cek harga tiket pesawat untuk mendapatkan tiket lebih murah
  2. Jalur yang kami lewati lintas jalur, berangkat dari Desa Pancasila dan turun lewat Doropeti sehingga membutuhkan waktu lebih lama.
  3. Perjalanan kami lakukan dengan sangat santai, jadi waktu yang kami gunakan lebih lama, selain itu ada satu hari di mana kami berkeliling Pulau Satonda, mungkin teman-teman bisa skip jika tidak punya waktu banyak.
  4. Kebutuhan logistik, gas, parafin bisa dibeli di rumah Pak Saiful, atau sebelumnya bisa kontak beliau untuk pemesanan.
  5. Porter dan Guide sesuai dengan kebutuhan, karena kami lintas jalur lebih aman untuk menyewa Guide dan Porter.
Rute 1 menuju Desa Pancasila jika sewa mobil, lebih hemat waktu, bisa shared cost

Rute 2 jika ingin menggunakan kendaraan umum


Nah itu dia pengalamanku mendaki Gunung Tambora. Teman-teman bisa baca detailnya di Gunung Tambora part 1, part 2, dan part 3 ya. Yang pasti alamnya cantik banget seperti indahnya Gunung Rinjani dan Gunung Semeru. Seharusnya jika tidak mengalami letusan, Gunung Tambora masuk dalam seven summit Indonesia. Namun karena letusan itu, sehingga ketinggiannya berkurang.

Yuk kunjungi gunung cantik ini, dijamin bakal nagih dna betah dengan suasananya.

See you next Gunung Tambora........

Happy travelling.

Jika kamu sudah membaca cerita perjalanan Gunung Tambora part 1 yang masih santai-santai. Sementara part 2 sudah mulai memasuki hutan indah yang mirip hutan amazon, bagaimana dengan part 3? Let's check it out.


HARI KE-5 (POS 5 - PUNCAK - POS 4 JALUR DOROPETI)

Pukul 7.30 kami mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Tambora. Pukul 8.30 kami sampai di pertigaan menuju Doropeti. Sebagai informasi perjalanan kami lintas jalur, naik dari Pancasila dan turun lewat Doropeti. Di pertigaan itu kami menyimpan barang-barang kami agar tidak terlalu berat saat menuju puncak.


semangat Pak De Agus dan Mba San, yang lain udah sampai, saya masih di belakang loh .....

Kurang lebih sekitar 15 menit dari pertigaan untuk menuju puncak Gunung Tambora. Beruntung matahari sangat cerah saat kami tiba di puncak. Setelah puas mengabadikan moment-moment indah dengan berphoto, kami melanjutkan perjalanan untuk turun ke Pos 4 lintas jalur ke Doropeti.

who wanna be here?
photo taken by Rendra

at the end we are in a frame, the power of tripod "family picture"


having more time being alone make you a greater and happier person
picture taken by Sawi

Sepanjang perjalanan menuju Pos 4 jalur Doropeti kami melewati kaldera yang selama ini menjadi perbincangan banyak orang di dunia, akhirnya saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kawah seluas 8 km ini, mempunyai daya tarik tersendiri.

Kalau Bromo punya lautan pasir berbisik, Gunung Tambora punya lautan pasir bergolak. Kenapa karena sepanjang kami melewati kaldera ini, kami selalu mendengar getaran dan letusan dari kawah kaldera yang masih aktif.

saatnya turun dari puncak karena matahari semakin menyengat
picture taken by Rendra

Kami mencoba melihat kawah dari bibir tebing namun beberapa kali kami merasakan getaran yang cukup dahsyat, sampai akhirnya guide kami meminta untuk meninggalkan bibir kawah demi keselamatan kami. Berencana untuk turun ke kawah nampaknya memang harus diurungkan melihat kondisinya seperti ini. 

akhirnya bisa berdiri di pinggir kaldera terluas di dunia
picture take by Ichung

Udara semakin panas membawa saya mempercepat langkah untuk segera meninggalkan lautan pasir nan eksotis ini yang terhampar karena sebuah ledakan.

beautiful sky and sand...

Setelah melewati hamparan pasir ini, kami harus melewati tebing-tebing curam dan beralaskan bebatuan yang masih cukup runcing, bentuk jalannya miring sehingga kami harus hati-hati dalam melangkah. Dari kejauhan saya melihat sebuah lembah yang sangat luas berupa bebatuan dan dihiasi  pohon-pohon kecil. Pesona jalan Gunung Tambora memang luar biasa.


berbagi pohon ya.... karena puunnya cuma satu :)

Kemudian diikuti jalanan menurun, menanjak, menurun lagi, menanjak lagi dan hanya melihat satu pohon besar di atas sana. “ayo Mba sebentar lagi kita sampai di pohon itu, ada air di sana” tukas porternya. “berapa lama Pak ke sana” sambungku. “paling 30 menit kita sampai”. “berarti tiga jam” gumamku dalam hati. Ternyata kami harus melewati lembah itu untuk sampai ke Pos 4.

no need caption
picture taken by Rendra

Ternyata betul lebih dari satu jam saya berjalan, masih gak sampai-sampai ☹.

Bapak php niy

Gurauku pada Pak Pote sesosok laki-laki tangguh yang murah senyum dan penuh kesederhanaan ini. Beliau hanya tersenyum.

Beginilah Gunung Tambora

Sergahnya sambil memamerkan gigi ompongnya :). Kami pun tertawa bersama.

miring-miring jalannya, tapi seru
photo taken by Rendra

Matahari yang mulai menyengat tidak membuat kami untuk mempercepat langkah kami, karena jalanan cukup curam.

jalan menuju pos 4 jalur Doropeti, puun cemaranya ga keliatan-keliatan :)
picture taken by Rendra



jalanannya naik turun gak sampai-sampai

Ternyata betul dugaanku, hampir tiga jam kami baru sampai di bawah pohon cemara ini. Kami memberi nama tempat ini Pos Cemoro 1. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kurang lebih dua puluh menit, kami sampai di Cemoro 2.

semangat Sawi, Pos Cemoronya dikit lagi :)

Di Pos Cemoro 2 ini tersedia sumber mata air, kurang lebih satu jam bolak-balik dari tempat ini. Disini kami beristirahat cukup lama dan memasak untuk makan siang. Di pos yang berada di ketinggian ini, kami dapat melihat lembah yang tadi kami lewati begitu panjang, sejauh mata memandang.

blue, green and yellow created by God

Tebing-tebingnya menjulang tinggi. ditambah desiran angin yang meniup pohon-pohon cemara itu, membuat suasana terasa damai. Oh indahnya Gunung Tambora ingin rasanya kakiku berhenti lama menikmati sejuknya udara pinus ini.

 menikmati hamparan gunung, lembah dan tebing, kabut, langit biru :)
picture taken by Sawi

Pukul 16.00 kamu lanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Dari sini kami mulai memasuki hutan lebat yang sudah cukup lama tidak dijamah oleh manusia, guidenya bilang hampir dua tahun tidak pernah ada yang melewati jalur ini. Kami seperti team ekspedisi pembuka jalur jadinya.


jalur menuju pos 3 via doropeti


Rumput-rumput tumbuh sangat tinggi dan tidak ada celah untuk kami bisa melewatinya. Selain itu juga kami harus melewati jalanan yang cukup curam. Kami menamakan turunan menuju Pos 3 ini sebagai turunan Kesedihan.

menuju pos 3 melewati pohon-pohon kering yang membuat pemandangan makin indah
photo taken by Rendra

akhirnya empat tahun menemani, tumbang juga sampai diikat tali rapia :)

jalur sempit antara pos 3 dan 2

Kurang lebih 1 ½ jam kami tiba di hutan yang penuh dengan pohon pinus. Hari mulai gelap, kami memutuskan perjalanan ke pos 3 akan dilanjutkan besok dan kami memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat ini, meskipun camp area-nya sangat sempit, tapi untungnya cukup untuk tenda kami. Selamat tidur Gunung Tambora.

Pendakian Gunung Tambora part 1 dan part 2 masih melalui jalur Pancasila. Dan Saat turun kami memutuskan untuk lintar jalur melalui jalur Doropeti. Jalannya memang sangat menantang namun memiliki pemandangan indah. Lalu bagaimana perjalanan kami pada hari terakhir? Penasarankan? Yuk lanjut di Gunung Tambora part terakhir. Perjalanannya makin seru.

Setelah hari pertama menghabiskan perjalanan dari Jakarta ke Desa Pancasila, dan hari ke-2 menunggu kedatangan teman-teman dari kota lain, akhirnya kami sudah berkumpul dan packing siap-siap untuk keberangkatan pendakian hari pertama esok pagi.

HARI KE-3 (DESA PANCASILA - POS 3)

Setelah packing, sarapan dan check semua kebutuhan, pukul 07.50 kami berangkat dari Desa Pancasila untuk menuju Gunung Tambora. Untuk menghemat waktu kami berangkat menggunakan motor menuju pintu rimba dengan membayar Rp 50.000 per orang, teman-teman juga bisa membayar Rp 75.000 sampai ke pintu pertengahan dan Rp 100.000 sampai ke Pos 1. 

Jalanannya sangat licin karena turun hujan beberapa hari sebelumnya. Selain itu jalanannya offroad, karena saya takut jatuh saya memilih untuk berjalan kaki melewati beberapa spot jalanan licin, berlubang dan miring. Dua puluh menit kemudian kami sampai di Pintu Rimba.



berphoto sebelum berangkat ke Pos Rimba


pintu masuk Gunung Tambora via Desa Pancasila

Dari Pintu Rimba sekitar pukul 08.30 kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 1 yang mempunyai ketinggian 1.050 mdpl. Kami berjalan dengan cukup santai, dan kami tiba di Pos 1 pukul 11.45. Di pos ini kami sempat berhenti untuk makan dan sholat.

wefie dulu di Pintu Rimba sambil menunggu yang lain


Lidia dan Juju, wanita super ini sedang menuju Pos 1

Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2, masih sama kami berjalan dengan santai namun tanpa berhenti, kami tiba pukul 14.50. Di pos ini kami istirahat cukup lama untuk menunggu teman-teman yang masih di belakang. Di Pos 2 dengan ketinggian 1.290 mdpl ini kita bisa menemukan aliran air sungai dan sumber mata air yang dapat diminum.

Pukul 15.10 kami melanjutkan kembali perjalanan menuju Pos 3. Gunung Tambora berasa sudah di depan mata hehhe. Hari mulai gelap, saya hampir kesasar karena ada beberapa jalan yang terlihat sama. Sempat memanggil-manggil nama teman yang paling depan, tapi tidak ada jawaban artinya jarak kami sudah cukup jauh.

Seperti biasa saat ada yang aneh feeling saya langsung nge-warning, niy kaki kayaknya gak mau diajak ke arah sana. Akhirnya putar arah. Beruntunglah kami mengambil jalur yang tepat. Singkat cerita kami sampai di Pos 3 lebih dari pukul 19.00. 


Mba Santi lagi rapi-rapi tenda, pagi hari di Pos 3, siap-siap menuju Pos 4

Di Pos 3 kelompok paling depan sudah mendirikan tenda dan memasak makanan untuk kami, asiiiikkk. Setelah makan dan rapi-rapi kami siap-siap tidur.

wefie dulu sebelum ke Pos 4

HARI KE-4 (POS 3 - POS 5)

Setelah berkemas dan sarapan, pukul 08.50 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Di  jalur Gunung Tambora menuju Pos 4 ini banyak tumbuhan Jelantang, kalau tersentuh meskipun pakai sarung tangan efek sakitnya terasa panas dan lama bisa berjam-jam seperti ditusuk jarum, jadi mesti hati-hati.


tumbuhan Jelantang, tersentuh meskipun pakai sarung tangan efeknya panas berjam-jam

Kami berhenti bisa sampai 30 menit dan sempat tidur untuk beberapa saat dalam perjalanan, benar-benar santai. Karena ada teman juga yang kakinya cedera. Sampai di Pos 4 pukul 11.00. 


jalur menuju pos 5, padang rumput yang masih menghijau

Pukul 14.30 kami melanjutkan perjalanan menuju camp area di atas perbukitan. Gunung Tambora mempunyai pemandangan yang sangat indah, salah satunya berbentuk lembah berupa pasir-pasir dan dikelilingi oleh tumbuhan hijau, tebing-tebing yang menghitam, rumput-rumput kering, sungguh indahnya bumi kelahiranku.


Kelokan .......
photo taken by Rendra

Kami tiba di camp area pukul 18.00. Matahari tenggelam masih indah menghiasi tenda-tenda kami. Menyemburkan warna kuning keemasannya yang membuat kami tenggelam dalam pesonanya. Area ini berbentuk dataran yang dihiasi dengan hamparan pasir dan beberapa batuan hitam.

jalannya ..........


it was so much fun.... see you another day blue ......


blue and yellow or green... whatever it is, I love it because created by God


salah satu flora di Gunung Tambora

Selain itu sepanjang perjalanan kami ditemani sunset yang sangat indah. Dari kejauhan kami melihat beberapa tenda sudah berdiri. Itu tandanya teman kami sudah sampai di sana. Karena saat itu hanya kami yang melakukan perjalanan ini.

sunrise sebelum camp area Pos 5
photo taken by 
Rendra

Kami tiba pukul 18.00 WITA. Perjalanan lama karena kami sering berhenti untuk mengambil photo.

hai awan titip rinduku untuknya :)

Saat badai di malam hari kami hanya dapat berlindung di dalam tenda. Sehingga dingin udara terasa begitu menusuk tubuh. Di malam hari kita bisa menikmati langit indah bertabur bintang dan bagi yang hobby foto Gunung Tambora ini surganya milky way. Sayangnya saya sudah tidak sanggup keluar tenda untuk menikmati keindahan itu karena udara sangat dingin.

Nah jika di mendaki Gunung Tambora part 1 masih santai, mulai part 2 seru karena mulai melihat pemandangan indah seperti di hutan-hutan amazon. Bagaimana dengan Gunung Tambora di Part 3? Pasti lebih seru, yuk cek artikel berikutnya.

Siapa yang tidak ingin menginjakan kakinya di Gunung Tambora, gunung yang mendunia dengan sejuta pesonanya. Sebelum terjadinya ledakan pada 1815 Gunung Tambora termasuk dalam gunung tertinggi kedua dalam Seven Summit Indonesia. 

Ledakan setinggi 43 km itu mengikis ketinggiannya dari dari 4.200 mdpl menjadi 2.700 mdpl dan asapnya menyebar hingga ke Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Ledakan itu menciptakan kaldera sedalam 1.1 km yang berdiameter 6.2 km.

Puncak Gunung Tambora
photo taken by Wijaya

Bertepatan dengan 200 tahun pasca ledakan, 11  April 2015, pemerintah meresmikan Gunung Tambora sebagai salah satu kawasan Taman Nasional di Indonesia dan menjadikan event Festival Pesona Tambora sebagai event tahunan yang diresmikan oleh Kementerian Pariwisata.

Pesona kalderanya menjadikan gunung ini sebagai salah satu bucket list gunung bagi pecinta gunung. Termasuk saya, namun agak kesulitan mencari teman seperjalanan. Sampai akhirnya saya tanya ke Om Mawardi, salah satu senior urusan gunung, ternyata Om Maw berencana kesana, akhirnya terkumpul sebelas orang. Koordinasi hanya lewat group WA, kami tidak saling mengenal.

Singkat cerita ticket booked, kami berangkat bulan Oktober 2016. Meeting point di bandara Lombok dan sebagian di Desa Pancasila. Ada yang berangkat dari Jakarta, Surabaya, Bandung, Bekasi, Bangka Belitung, Bogor, Depok dan Balikpapan. Namun sayangnya Om Maw justru sebagai koordinator gak bisa ikut, karena ada pekerjaan.


Selamat Datang di Bandar Udara Sultan M. Salahuddin Bima

HARI KE-1 (JAKARTA - LOMBOK - BIMA - DESA PANCASILA)

Saya berangkat dari jakarta menuju Lombok menggunakan pesawat Batik Air penerbangan pertama pukul 08.50 WIB, dilanjutkan ke Bandara Sultan Muhammad Salahudin menggunakan pesawat kecil Wings Air dengan penerbangan terakhir pukul 15.40.

Bima menjadi meeting point untuk beberapa orang dari kami. Pak Agus, Pak Toto, Mba Santi, Sawi, Lidia dan saya naik di pesawat yang sama, tetapi karena kami belum saling kenal, baru bertemu setelah landing pukul 17.00. Di bandara Bima kami berpisah dengan Pak Agus karena harus bertemu dengan sahabat lamanya dan sekalian menunggu teman kami yang empat orang lagi yang baru akan tiba besok pagi.

Sewa Mobil menuju Desa Pancasila

Pukul 17.15, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Pancasila dengan menyewa mobil. Perjalanan kami melewati Desa Doropeti, salah satu pintu pendakian ke Gunung Tambora. Kalau siang kami bisa melihat pemandangan indah padang rumput sabana yang menguning indah, karena saat itu sedang musim kemarau.

Halaman depan rumah Pak Saiful di pagi hari

Pak Man, nama Driver kami hobby-nya memang balapan kayaknya, gaspol beneran deh. Just believe to him we will be safe and finally we  arrived on 9.45 pm at Pancasila village, 3 hours earlier than scheduled. Thanks to my Allah.

Kami langsung diantar ke rumah milik Pak Saiful. Semua pendaki yang melewati jalur Desa Pancasila akan menginap di tempat beliau. Kami dipersilakan istirahat sejenak dirumahnya, sambil berkenalan dan mengobrol, kami disuguhi teh hangat dan pisang goreng, cukup membantu sejenak melepaskan lelah dan lapar kami.

Homestay di Desa Pancasila

Akhirnya Pak Saiful mempersilakan kami untuk beristirahat di homestay yang akan kami tempati tepat di sebelah rumahnya. Homestay yang berjumlah tujuh kamar ini terbuat dari kayu dan berbentuk rumah panggung. Harga/malamnya Rp 100.000,00 dan dapat dihuni oleh 4-6 orang dengan dua kamar mandi di luar.

Homestay milik Pak Saiful di Desa Pancasila

HARI KE-2 (DESA PANCASILA)

Logistik dan perlengkapan memasak

Pak Saiful juga membuka warung yang menyediakan logistik, gas, parafin dan makanan untuk sarapan, makan siang dan makan malam dengan harga antara Rp 15.000 – Rp 20.000. Juga menjual madu asli dengan harga Rp 150.000,00 per botol ukuran 600 ml.

Ada juga kaos Gunung Tambora harganya Rp 100.000,00 kainnya bagus halus dan adem. Untuk sayuran pagi-pagi di depan rumah Pak Saiful ada yang berjualan sayuran, ikan dan lainnya.


Sarapan pagi di rumah Pak Saiful


My partner in crime, minus Zuzu

Mendaki Tambora di hari pertama dan kedua masih santai, bagaimana dengan pendakian ke Gunung Tambora part 2? Masih bisa santai atau perjuangannya seperti mendaki ke Gunung Rinjani atau Gunung Semeru?

Yuk, cek artikel berikutnya, untuk cerita seru lainnya di Gunung Tambora.

Newer Posts Older Posts Home

ABOUT HER

Call her Mei. Her biggest passions are education, the environment, and traveling the world. So that you can chit-chat with her everything about it, she is now active as a voluntourism, environment, and education volunteer.

POPULAR POSTS

  • CARA MENGATASI MATA KERING SAAT TRAVELING
  • KARST RAMMANG-RAMMANG, WISATA KARST TERBESAR KEDUA DI DUNIA
  • CAGAR BUDAYA BORI PARINDING, MENHIR BERSEJARAH DI TORAJA UTARA
  • CONTACT HER
  • EFEKTIVITAS WATER HEATER RUMAH TANGGA DALAM MENUNJANG AKTIVITAS SEHARI-HARI
  • TIRTA GANGGA BALI, PESONA PURA DAN TAMAN AIR YANG MENAWAN
  • BUKIT MERESE LOMBOK, PADANG RUMPUT DENGAN VIEW PANTAI
  • GUNUNG KERINCI, PESONA GUNUNG TERTINGGI DI SUMATERA
  • TRAIL RUNNING DI GUNUNG GEDE PANGRANGO
  • WISATA RELIGI PUJA MANDALA BALI, KOMPLEK IBADAH 5 AGAMA

ARTICLE

  • 2025 56
    • June 2
    • May 13
    • April 10
    • March 8
    • February 13
    • January 10
  • 2024 148
    • December 9
    • November 9
    • October 17
    • September 13
    • August 7
    • July 8
    • June 14
    • May 19
    • April 4
    • March 19
    • February 17
    • January 12
  • 2023 111
    • December 6
    • November 20
    • October 14
    • September 10
    • August 6
    • July 7
    • June 8
    • May 4
    • April 10
    • March 14
    • February 8
    • January 4
  • 2022 160
    • December 13
    • November 13
    • October 21
    • September 18
    • August 21
    • July 14
    • June 12
    • May 9
    • April 6
    • March 15
    • February 7
    • January 11
  • 2021 55
    • December 8
    • November 4
    • October 9
    • September 2
    • August 4
    • July 2
    • June 6
    • May 4
    • April 3
    • March 5
    • February 5
    • January 3
  • 2020 44
    • December 4
    • November 3
    • October 4
    • September 4
    • August 4
    • July 4
    • June 4
    • May 4
    • April 2
    • March 4
    • February 3
    • January 4
  • 2019 9
    • December 1
    • November 2
    • August 1
    • July 1
    • June 1
    • March 3
  • 2018 9
    • November 1
    • August 3
    • March 1
    • February 2
    • January 2
  • 2017 21
    • December 1
    • November 1
    • October 3
    • September 3
    • July 1
    • April 1
    • March 4
      • GUNUNG TAMBORA DAN PESONA LETUSANNYA (LAST PART)
      • GUNUNG TAMBORA DAN PESONA LETUSANNYA (PART 3)
      • GUNUNG TAMBORA DAN PESONA LETUSANNYA (PART 2)
      • GUNUNG TAMBORA DAN PESONA LETUSANNYA (PART 1)
    • February 3
    • January 4
  • 2016 10
    • December 4
    • November 6

Logo Komunitas BRT Network

Seedbacklink

Copyright © Meimoodaema || Travel Blogger. Designed by OddThemes