Meimoodaema || Travel Blogger

  • Home
  • About
    • About Her
    • Contact Her
    • Disclosure
  • Culinary
    • Culinary
  • Hotel
    • Hotel
    • Hotel Tips
  • Travel
    • Indonesia Destination
      • Jawa & Bali
      • Kalimantan
      • Nusa Tenggara
      • Papua
      • Sulawesi
      • Sumatera
    • International
      • Australia
      • Bhutan
      • Canada
      • Hongkong
      • India
      • Jepang
      • Korea Selatan
      • Laos
      • Malaysia
      • Myanmar
      • Nepal
      • Philipine
      • Singapore
      • Thailand
      • Vietnam
    • Mountaineering
    • Travel Tips
    • Travel Book
    • Travel Movie
    • Voluntourism
  • Thoughts
    • Beauty
    • Blogging
    • Business
    • Education
    • Environment & Social
    • Financial
    • Fashion
    • Healthy
    • Home & Decor
    • Lifestyle
    • Technology

Tujuan perjalanan saya kali ini adalah Kampung Adat Wae Rebo, orang biasa memanggilnya Wae Rebo, sebuah kampung tradisional terpencil yang terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese, Barat Daya Kota Ruteng dengan Ibukotanya Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Terkenal dengan rumah Mbaru Niang-nya. Kampung ini dikelilingi oleh pegunungan dan hutan tropis lebat, berada di sekitar lereng Gunung Ranaka dan bersebelahan langsung dengan Taman Nasional Komodo.

suasana kampung adat wae rebo


Harga sewa kendaraan dari Labuan Bajo ke Kampung Adat Wae Rebo

Informasi dari pemilik penginapan di Labuan Bajo, harga yang ditawarkan untuk menuju kampung ini berkisar 2,5 juta – 3 juta per mobil, tergantung jenis mobil yang akan disewa. Kalau sistem shared cost semakin banyak orang semakin murah.

Saya bersama tiga teman yang bertemu di Labuan Bajo mencoba menawar harga sampai akhirnya mendapatkan kesepakatan harga 2.1 juta sudah termasuk bensin dan driver.

Malamnya kami langsung berkemas karena berencana untuk berangkat pagi-pagi. Saya juga bertemu dengan yang menyewa sepeda motor dari Labuan Bajo, dengan  harga Rp 75.000/motor. Bensin sekitar Rp 100.000 pp dan lama perjalanan sekitar 7-8 jam. Lebih hemat tetapi kondisi jalan membuat badan lebih lelah dibandingkan dengan menggunakan mobil.

Akses dan lama perjalanan menuju Wae Rebo

Akses menuju kampung adat ini dapat dilalui jalur darat dan laut. Waktu itu saya menggunakan jalur darat, kalau teman-teman berniat menggunakan kendaraan umum bisa menggunakan moda transportasi berupa truk atau disana disebut dengan istilah oto kayu atau oto kol dengan kerangka atas dan alas duduknya terbuat dari rakitan kayu.

Truk ini hanya ada dua buah dan berangkat dari Kota Ruteng ke Desa Denge pada sore hari dan kembali dari Desa Denge pagi hari. Berangkat dari terminal bus Mena di Kota Ruteng yang melewati rute Desa Cancar, Pela, Todo, Dintor, dan Desa Denge. 

Desa Denge adalah desa terakhir yang dapat dilalui kendaraan sebelum trekking ke Kampung Adat Wae Rebo. Waktu tempuh dari terminal bus Mena ke Desa Denge sekitar 4 – 5 jam. Jaraknya ± 80 km dari pusat kota Ruteng.

oto kampung adat wae rebo


Atau teman-teman dari Labuan Bajo, bisa menyewa kendaraan roda empat, bus travel, ataupun roda dua yang langsung ke Desa Denge atau hanya sampai Ruteng terus dilanjutkan dengan truk tadi. Perjalanan dari Labuan Bajo sampai ke Desa Denge kurang lebih ditempuh 8 – 10 jam tergantung kendaraan yang digunakan dan kecepatannya.

Kalau ada yang hendak menggunakan jalur laut dengan menggunakan perahu, berangkat dari Labuan Bajo menuju Nangalili dilanjutkan ke Desa Dintor sekitar 3 jam. Dari Dintor dilanjut lagi ke Desa Denge dengan menggunakan ojek atau menunggu truk. 

Kampung Adat Wae Rebo I am coming

Pukul 08.00 WITA kami berangkat dari Labuan Bajo. Rute yang kami lewati adalah Ruteng. Sepanjang jalan kami disuguhi hamparan sawah yang menghijau indah, melewati pantai yang membentang luas, udara segar yang tidak pernah saya rasakan di ibukota. Tiga jam pertama, jalanan menuju Desa Ruteng masih beraspal.

Dari Ruteng, perjalanan mulai sedikit sulit, jalanan mulai rusak dan sempit hanya cukup satu mobil, kanan kiri banyak berupa jurang, sehingga jika ada kendaraan dari arus berlawanan harus bergantian. 

Ditambah lagi beberapa spot berupa batuan yang membentuk tanjakan dan turunan, membuat mobil yang kami tumpangi sempat tidak bisa naik, karena batu-batunya terlalu besar, sehingga kami harus mendorong mobil tersebut.

jalur kampung adat wae rebo


Setelah tujuh jam perjalanan, tepatnya pukul 15.00 WITA kami sampai di Denge, desa terakhir sebelum menuju ke Wae Rebo. Driver sempat berhenti di sebuah rumah warga untuk mencarikan guide lokal untuk kami.

Karena kampung ini sudah menerapkan sistem pariwisata berbasis komunitas (Community Based Tourism – CBT), wisatawan yang berkunjung ke Kampung Adat Wae Rebo diwajibkan menggunakan guide sebagai bentuk dari pemberdayaan masyarakat dengan harga Rp 100.000,00 per group, maksimal lima orang.

Trekking menuju Kampung Adat Wae Rebo

Dari Desa Denge, kami mulai melakukan trekking menuju Kampung Adat Wae Rebo ini, membutuhkan waktu 1 – 3 jam tergantung kecepatan kaki dengan jaraknya kurang lebih 9 km dengan kondisi jalan banyak menanjak dan hanya jalan setapak berbentuk tanah basah kalau musim hujan banyak lintah, info dari guide yang mengantar kami. Selain itu beberapa jalan juga berbentuk tangga-tangga terbuat dari bebatuan. 

Untuk menuju Wae Rebo, saya dan teman-teman harus melewati beberapa pos, mulai dari pos 1 yang disebut Wae Lomba dekat dengan Desa Denge, kemudian menuju pos 2 Poco Roko, dimana hasil dari PNPM di pos ini dibangun pagar pengaman di sisi tebing untuk keamanan karena jalan ini rawan dengan longsor.

Menuju pos 3 yang yaitu jalur paling sulit, kami melewati jembatan gantung yang rawan putus sehingga harus berjalan secara bergiliran. Setelah melewati jembatan ini, kami disuguhi perkebunan kopi milik warga yang merupakan salah satu komoditi penghasilan mereka. 

Setelah melewati perkebunan kopi, kami menemukan pos 3 atau yang disebut dengan pos Ponto Nao atau disebut juga dengan nama pos Rumah Kasih Ibu, semua tamu akan berhenti di tempat ini sebelum memasuki Kampung Adat Wae Rebo.

peraturan kampung adat wae rebo


Di pos ini ada beberapa peraturan yang dipasang mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pengunjung selama bertamu di Kampung Adat Wae Rebo dan guidenya juga menjelaskan soal pelaturan ini. Bangunannya dibentuk seperti saung panggung dengan kedua atapnya berbentuk kerucut.

Dari pos ini yang terletak lebih atas dari Kampung Adat Wae Rebo, kami sudah mulai bisa melihat bentuk rumah Mbaru Niang. Di tempat ini terdapat sebuah kentongan yang berbentuk unik memanjang. 

Tamu yang berkunjung harus memukul kentongan tersebut dengan cara atau aturan yang sudah ada, dengan memukulnya sebagai penanda bahwa ada tamu yang hadir untuk berkunjung, suaranya akan terdengar sampai ke Kampung Adat Wae Rebo yang terletak di bawah pos ini.


pos 3 kampung adat wae rebo


Jika mendengar suara kentongan tersebut, warga Kampung Adat Wae Rebo akan mempersiapkan upacara penerimaan tamu. Aturan bertamu ke kampung ini tidak lebih dari pukul 17.00 WITA karena upacara penerimaan tamu tidak boleh dilakukan di malam hari.

Karena di depan kami ada beberapa kelompok, sehingga kami harus antri untuk dapat masuk ke kampung adat ini. Tiba giliran kami untuk turun ke Kampung Adat Wae Rebo, setelah kami tiba di gapura masuk, guide langsung membawa kami untuk masuk ke rumah utama untuk diadakan ritual penyambutan tamu.

Ritual Adat Penyambutan Tamu di Wae Rebo

Ritual penyambutan tamu ini dilakukan langsung oleh kepala adat Kampung Adat Wae Rebo, Bapak Alex Ngadus. Saat ritual ini semua tamu akan berbagi rezeki dengan Kepala Adat, tidak ada patokan harus berapa rupiah namun seikhlasnya sebagai tanda terima kasih tamu telah diterima di kampung yang penuh dengan kedamaian ini.

Ritual penyambutan tamu ini tidak hanya di Wae Rebo, tetapi dilakukan juga di Kampung Adat Todo dan Kampung Adat Bena.

Ritual selesai, artinya kami juga sudah resmi dianggap sebagai warga Kampung Adat Wae Rebo. Kemudian kami mulai berkeliling untuk melihat-lihat tempat ini. Keindahan rumah Mbaru Niang seperti sebuah dongeng. Rumah kokoh yang jumlahnya hanya tujuh rumah ini berdiri dikelilingi pegunungan, persis seperti di sebuah lembah.

Alex Ngadus Kampung Adat Wae Rebo


Hari mulai gelap, guide kami mulai mengarahkan kami untuk masuk dan berkumpul dengan pengunjung lain ke dalam rumah panggung yang unik ini. Kami disuguhi welcome drink berupa kopi khas Wae Rebo sebagai bentuk penghormatan kepada tamu. Setelah itu dilanjutkan makan malam berupa nasi goreng dengan sambal khas Wae Rebo. 

Pengunjung yang tidak menginap dikenakan biaya Rp 100.000 dan mendapatkan makan 1x, nah bagi yang menginap di tempat ini dikenakan biaya Rp 325.000,00 per orang sudah dapat makan malam dan sarapan. Selain itu jangan khawatir juga, warga kampung ini sudah menyediakan kasur dan selimut dan bantal untuk teman-teman.

Karena pengunjung setiap tahunnya bertambah, maka diputuskan untuk menambah dua rumah yang khusus untuk menampung tamu-tamu yang datang ke tempat ini. Bentuk dalamnya sedikit berbeda, berupa area terbuka seperti barak. Selain wisatawan domestik ada juga beberapa wisatawan mancanegara yang berkunjung ke tempat ini.

rumah kampung adat wae rebo


Di pagi hari jika cuaca cerah wisatawan dapat menikmati indahnya matahari terbit sambil menikmati kopi khas Kampung Adat Wae Rebo dan sorenya dapat menikmati matahari tenggelam berwarna keemasan di atas pegunungan yang sangat hijau dan melihat burung-burung ramai beterbangan.

Pada malam hari jika cuaca cerah, wisatawan dapat menikmati indahnya langit yang bertabur bintang di halaman terbuka dan bagi wisatawan yang mempunyai hobby photography akan dapat mengambil moment milky way negeri di atas awan ini. Sayangnya kami tidak sempat mengunjungi dan menikmati semua keindahan itu, karena cuaca saat itu tidak memungkinkan dan sangat dingin.

anak-anak kampung adat wae rebo


Aktivitas dan Daya Tarik Kampung Adat Wae Rebo

Menikmati Upacara Penyambutan

Saat kita tiba di rumah adat ini, kita akan disambut oleh sebuah upacara penerimaan tamu, akan berdoa bersama. Tentu saja hal ini akan menambah pengetahuan kita dna mendorong rasa toleransi terhadap keberagaman budaya yang kita miliki.

Berfoto Depan Rumah Adat

Berfoto di depan rumah khas adat Wae Rebo, Mbaru Niang mungkin adalah mimpi semua pengunjung yang hadir di tempat ini. Keunikan rumahnya yang hanya ada 7 ini, menjadikan sport foto yang ditunggu-tunggu oleh wisatawan.

view kampung adat wae rebo


Mendengarkan Sejarah Kampung Adat Wae Rebo

Malam hari setelah selesai makan, kita akan bercengkrama dan mendengarkan cerita tentang kampung adat ini dengan pemilik rumah, sejarah berdirinya, terus perkembangannya sampai jadi destinasi wisata dan mendapatkan penghargaan banyak tingkat dunia.

Menumbuk dan Menikmati Kopi Khas Wae Rebo

Menikmati pembuatan kopi secara langsung yang ditumbuk oleh perempuan-perempuan kampung ini menjadi salah satu keunikan tersendiri menurut saya. 

Mencoba menumbuk kopi dengan alat tradisional juga sesuatu hal yang menyenangkan. Lalu kita bisa menikmati kopi tersebut secara langsung dari tangan pertama, sebuah hal yang jarang kita lakukan di kota bukan.

kopi kampung adat wae rebo


Bird Watching

Wae Rebo dikelilingi oleh hutan lebat dan tinggi sehingga masih banyak binatang-binatang seperti monyet, musang, babi hutan, dan berbagai jenis burung. Salah satu atraksi wisata yang dikembangkan di Wae Rebo adalah bird watching yaitu mengamati burung-burung yang hidup di kawasan Wae Rebo.

Menikmati View Kampung Adat Wae Rebo

Lokasinya yang ada di tengah hutan berbentuk lembah ini, membuat kampung adat Wae Rebo dikelilingi oleh hutan tinggi yang hijau. Kita bisa mengambil beberapa foto dengan pemandangan hutan tersebut.

Sebelum masuk ke kampung ini juga, wisatawan akan melewati hutan Poco Roko dan Ponto Nao, dikelilingi oleh pegunungan sehingga mempunyai hawa yang sangat sejuk. Selain itu kampung ini berbentuk seperti lembah yang berwarna hijau sebelum masuk gerbang kampung tersebut.

desa adat wae rebo


Air Terjun Cunca Neweng

Ternyata kampung adat ini memiliki air terjun di tengah hutannya namanya Air Terjun Cunca Neweng, kurang lebih sekitar empat puluh lima menit dari kampung ini yang mempunyai ketinggian 15 meter. 

Upacara Adat

Ada beberapa atraksi kesenian (Upacara dan Kesenian Tradisional) yang dapat dinikmati oleh  pengunjung di kampung adat ini, namun harus mengetahui kapan acara tersebut diadakan. Sayangnya waktu saya kesana tidak bertepatan dengan upacara-upacara tersebut.

  • Upacara Adat Penti. Salah satu seremoni sakral atau hari suci adat bagi masyarakat Wae Rebo, yaitu upacara penyambutan tahun baru sesuai dengan kalender adat masyarakat Wae Rebo, yang merupakan upacara sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan, alam dan kehidupan yang sudah mereka jalani. Upacara ini juga dilakukan pada saat panen. Upacara Penti diadakan pada bulan November setiap tahunnya. Tahun 2015 mulai ditetapkan diadakan di tanggal 16 November untuk memudahkan wisatawan yang ingin datang melihat. Dalam upacara ini juga dilakukan beberapa ritual seperti tarian Caci dan Mbata. 
  • Upacara Adat Kasawiang.
  • Kesenian Tradisional Ronda.
  • Kesenian Tradisional Caci.
  • Upacara Ancam atau Raket Bobong.
  • Upacara We’e Mbaru.
  • Kesenian Tradisional Mbata.
  • Kesenian Tradisional Dende atau Nggejang.
  • Kesenian Tradisional Tuak Curuk Manuk Kapu.
  • Kesenian Tradisional Sanda. Budaya Indonesia memang tiada habisnya.

Budget yang harus dikeluarkan

  1. Sewa kendaraan (mobil) : Rp 2.100.000 : 4 orang = Rp. 525.000
  2. Menginap di Wae Rebo Rp. 325.000 per orang
  3. Untuk upacara : Rp. 100.000 : 4 (orang) : Rp. 25.000
  4. Guide Rp. 200.000 : 4 (orang) = Rp. 50.000
  5. Total Budget = Rp. 857.000

Semakin banyak teman semakin murah, dan pengeluaran di atas diluar pengeluaran pribadi ya. Untuk Guide boleh dilebihkan sesuai dengan keihklasan teman-teman dan upacara seikhlasnya boleh berapa saja.

Waktu yang tepat untuk berkunjung dan waktu penerimaan tamu

Lakukan di musim panas karena kalau perginya di musim hujan, jalan menuju Wae Rebo dari Desa Denge akan licin karena masih berbentuk tanah. Sekalian kamu juga mengunjungi Pulau Padar, Pulau Komodo, Pink Beach, dan juga destinasi wisata sekitarnya, seperti Gua Cermin Labuan Bajo, Air Terjun Cunca Wulang. Karena semua lokasi wisatanya berdekatan. Dan cocok dikunjungi saat musim panas.

Penerimaan tamu hanya sampai pukul 17.00, so berangkatlah lebih pagi dari Labuan Bajo jika ingin trekking di hari yang sama, atau teman-teman bisa menginap dahulu di Desa Denge baru melakukan trekking esok hari.

Tips and Trick

  1. karena biaya menuju tempat ini cukup mahal, maka disarankan mencari teman untuk menuju tempat ini
  2. bagi yang belum pernah trekking, lakukan olahraga sebelum melakukan trekking untuk menuju tempat ini.
  3. teman-teman bisa membawa buku untuk dibagikan ke anak-anak yang ada di wae Rebo dan belajar bersama mereka, mereka sangat senang sekali kalau kita mengajari mereka entah membaca, menghitung, menari atau lainnya.
  4. karena udara di tempat ini cukup dingin, disarankan untuk membawa jaket, sleeping bag.
  5. bawalah makanan untuk kebutuhan diri sendiri, karena di kampung ini tidak ada yang berjualan makanan.
  6. sediakan uang lebih untuk membeli beberapa cinderamata milik warga disini berupa kopi khas Wae Rebo, kain tenun atau kayu manis sebagai bentuk kontribusi kita terhadap pemberdayaan masyarakat
  7. berkunjunglah ke tempat ini saat musim panas dan jika berkunjung di musim hujan gunakan alas kaki yang aman seperti sepatu trekking.
  8. dan yang paling penting adalah "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung". hormati budaya dan adat istiadat dan patuhi aturan yang ada di tempat ini seperti berpakaian yang sopan, berbicara yang sopan dan tidak berteriak dan lainnya dan berbaurlah dengan warga di sana, mereka akan sangat senang.

See you again Kampung Adat Wae Rebo.

Hari kedua di Labuan Bajo saya berencana ke Pulau Padar, yang merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia. Saya mencoba mencari teman untuk gabung di Live on Board, biasanya satu kapal diisi oleh 7 orang. Sampai malam saya tetap tidak menemukan temen share. Akhirnya saya memutuskan untuk one day sailing trip saja. Saya bertemu teman waktu trip ke Tambora. Karena hanya kami berdua maka harga yang didapat lumayan mahal dibandingkan yang saya baca-baca di trip orang.

pulau padar labuan bajo


One day trip: hoping island

Thank to my God, tiba-tiba tengah malam dikabarin sama pemilik kapal, ada dua orang turis Canada dan Belanda yang ingin bergabung dengan kapal kami menuju destinasi wisata unggulan Indonesia ini. Jadi kami mendapat harga sedikit lebih murah. Sebagai informasi penyewaan kapal di Labuan Bajo menghitung per kapal, semakin banyak orang maka semakin murah.

Baca juga: Pantai Tanjung Aan, Pantai Dengan Pasir Biji Merica

Pukul 04.45 kami sudah dijemput oleh pemilik kapal namanya Om Back untuk menuju dermaga dengan berjalan kaki, dermaganya tidak jauh dari penginapan kami, sekitar 10 menit, karena rencananya pukul 05.00 kami akan sudah berangkat. Pukul 06.00 kami baru siap-siap berangkat karena menunggu 2 orang turis asing itu.

Mematahkan cara pandang saya bahwa ternyata tidak semua orang asing itu bisa on time ya guys dan tidak semua orang Indonesia itu selalu ngaret hehehehe. Singkat cerita akhirnya pukul 06.15 kami berangkat berempat ditambah 1 orang pemilik kapal dan asistennya menuju Pulau Padar dan sekitarnya.

bentuk kapal yang kami sewa


Tujuan pertama kami adalah Pulau Padar. Pulau yang selama ini menjadi impian banyak traveller domestik maupun mancanegara. Pulau ini terkenal dengan keindahan pemandangannya yang dapat dilihat dari atas bukit pulau tersebut dan selalu saya lihat bentuk photonya gabungan 3 pinggir pantai. Sehingga tidak salah menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia.

Baca juga: Bermain Dengan Ubur-ubur Jinak Di Pulau Derawan

Pulau Padar I am coming

Keindahan pulau ini juga menjadikannya satu-satunya dari 10 destinasi prioritas pemerintah Indonesia yang ada di Nusa tenggara Timur untuk dikembangkan. Selama perjalanan saya melihat banyak pulau-pulau yang dilewati, pemilik kapal menjelaskan satu persatu pulau-pulau tersebut. Saya juga melihat sebuah pulau yang berbentuk mirip komodo.


beautiful view at Pulau Padar
picture taken by Rendra

Tidak banyak yang bisa diungkapkan oleh kata-kata, sepanjang perjalanan saya melihat keelokan negeriku yang begitu kuat tersimpan di memori sampai hari ini. perjalanannya lumayan jauh dari dermaga Labuan Bajo,  namun tidak terasa, karena pemandangan menuju Pulau Padar ini sangat indah, setelah kurang lebih 2 jam perjalanan akhirnya kami tiba di dermaga.

dermaga sandaran kapal sebelum trekking ke Pulau Padar

Sampai di dermaga, kami harus melanjutkan trekking kurang lebih 30 menitan untuk dapat melihat pemandangan indah di salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia ini, yap Pulau Padar secara keseluruhan. Beberapa meter dari dermaga dibangun rangkaian tangga untuk memudahkan trekking dan bentuknya instagramable, cocok banget buat yang hobbynya foto-foto.

jalur trekking yang harus dilewati untuk menuju Pulau Padar
warnanya rumputnya coklat karena musim panas, pohonnya cuman satu, jadi ga bisa berteduh

Cuaca di Pulau Padar ini sangat panas karena pas ke sana sedang musim panas, jadi rerumputan semuanya berwarna coklat, and I so enjoyed that beautiful view. Saya melihat juga rombongan salah satu provider seluler yang lagi trial and error produk mereka.

So buat teman-teman yang hobby-nya update di social media jangan khawatir, sinyal internet di tempat ini 24 jam, fuuuuoooooooolllllll.

my travel mate and guide

one of view from the rooftop


jalur trekking saat turun
picture taken by Rendra

Setelah kurang lebih 1 jam menikmati pulau cantik salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia ini, kami kembali ke kapal dan next destination is Komodo Island dan juga pink beach.

See you Pulau Padar.


Siapa yang tak pernah mendengar Taman Nasional Pulau Komodo, rasanya hampir semua orang sudah mendengar destinasi wisata Indonesia yang mendunia ini. Bagaimana tidak, karena taman nasional ini masuk dalam warisan dunia dan hanya ada di Indonesia. Kurang lebih 1 jam perjalanan dari Pulau Padar untuk menuju tempat ini.

Tapi jangan khawatir feeling bored ya, karena sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan alam yang luar biasa, gugusan pulau terbentang luas indah kecoklatan, suara air laut, udara segar dan semilir angin, langit yang biru, awan yang indah, kenikmatan yang tidak semua orang bisa rasakan, menjadi daya tarik tersendiri, apalagi buat teman-teman yang hobbynya taking picture. Seru jadinya.

pemandangan selama perjalanan, ga bakalan bosenkan?

bukit-bukit kecoklatan, suasana kontras yang indah

TENTANG TAMAN NASIONAL KOMODO

Taman Nasional Komodo adalah taman nasional yang dikelola oleh pemerintah langsung yaitu Balai Taman Nasional Komodo yang terdiri dari 3 pulau besar yaitu Pulau Rinca, Pulau Komodo, dan Pulau Padar. Pulau konservasi ini berada di Nusa Tenggara Timur. Tahun 1991 pulau ini masuk dalam Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Bahkan 11 November 2011, masuk dalam nominasi Seven Wonder Dunia dan akhirnya sebagai pemenang dengan suara terbanyak.

Taman yang mempunyai luas 173.300 ha ini, melindungi berbagai spesies seperti mamalia, burung, dan reptil. Dan tujuan utamanya adalah untuk melindungi kelestarian hidup satwa biawak Komodo. Berdasarkan data dari http://ksdae.menlhk.go.id/ tahun 2018, terdapat sekitar 2.800an ekor Komodo yang dilindungi di taman nasional yang didirikan pada 6 Maret 1980 ini.

TIKET MASUK TAMAN NASIONAL KOMODO

Tadaaaappppp akhirnya sampailah di pulau yang masuk dalam warisan dunia ini, yap Welcome to Taman Nasional Pulau Komodo, tulisan tersebut menyambut kedatangan kami dan semua wisatawan dari berbagai belahan bumi. Sebelum berphoto dengan komodo, jangan lupa ya teman-teman ke tempat pembayaran tiket.

Untuk wisatawan lokal biayanya Rp 80.000-, sudah termasuk asuransi, biaya ranger yang akan menemani sekaligus menjadi guide kita. Teman saya warga asing dikenakan biaya Rp 250.000-, kalau ini rinciannya kurang paham, kebetulan saya ga nanya-nanya ðŸ˜Š. Ranger kita namanya Pak Basra, orangnya ramah dan sopan.

ga pernah berencana kesini, ngikutin kaki saja :)

Welcome to Balai Taman Nasional Komodo :)

baby komodo
picture taken by Rendra 

Let’s go, kita bertamu ke rumah komodooooooo…..

untuk keselamatan dan kenyamanan, pengunjung dikasih arahan dulu sebelum memasuki hutan

Sepanjang berkeliling di Taman Nasional Pulau Komodo ini, Pak Basra bercerita banyak tentang komodo-komodo ini perkembangan pariwisata di pulau ini.

mendengarkan yang berpengalaman berbagi cerita
picture taken by Rendra

Saat kita mulai memasuki hutan di Taman Nasional Pulau Komodo, kami melihat beberapa ekor komodo yang masih bayi, namun mereka seperti ketakutan dan menghilang kembali. Banyak juga burung-burung, dan saya sempat melihat juga beberapa ekor kijang kecil dan binatang lainnya. Cukup lama saya menunggu komodo-komodo itu keluar, Pak Basra bilang karena itu belum jam makannya, jadi mereka gak keluar.

ada binatang lain juga loh selain komodo di pulau ini, kijangnya ga sempet diphoto :)

Akhirnya setelah menunggu kurang lebih ½ jam, binatang yang hanya ada di Indonesia ini keluar dengan gagahnya dan banyak sekali. Badannya hampir 2 kali lipat dari badan saya dan panjang-panjang, wowed banget deh.

pura-pura berani
picture taken by Rendra

kalau liat aslinya hampir dua kali lipat ukuran badanku :)
picture taken by Rendra

Di Taman Nasional Pulau Komodo, semua ranger menggunakan tongkat kayu yang bercabang dua, kayu cagak kalau kata orang Sunda, konon katanya merupakan alat penakluk komodo-komodo ini, mereka terlihat tenang dan menurut sama ranger-ranger termasuk Pak Basra. Sempat takut dan gak mau berfoto, tapi sayang juga kalau ga ada kenang-kenangan, foto deh sama mereka.

akhirnya sang warisan dunia keluar banyak :)

friend from Canada
picture taken by Rendra

Setelah sekitar 1 jam mengelilingi hutan dan berfoto dengan komodo-komodo cantik ini, kami melanjutkan makan es kelapa milik para pedagang yang ada di Taman Nasional Pulau Komodo. Waktu sudah hampir pukul 12 dan wow puanasssssss…….



photo dulu sebelum pulang
picture taken by Rendra

See youuuu Taman Nasional Pulau Komodo…… keberadaanmu sudah membawa nama Indonesia harum di mata dunia sebagai warisan dunia.  Nah buat teman-teman yang hendak mengunjungi Pulau Komodo, bisa sekalian mengunjungi Desa Adat Wae Rebo, Pink Beach, Pulau Padar, dan beberapa destinasi wisata lainnya, yang pesonanya tak kalau indah. Lokasinya juga cukup berdekatan dengan Pulau Komodo ini.

Yuk, kunjungi Indonesia, kamu akan temukan keindahan alam yang memukau dan bikin nagih buat traveling terus.

Newer Posts Older Posts Home

ABOUT HER

Call her Mei. Her biggest passions are education, the environment, and traveling the world. So that you can chit-chat with her everything about it, she is now active as a voluntourism, environment, and education volunteer.

POPULAR POSTS

  • CARA MENGATASI MATA KERING SAAT TRAVELING
  • KARST RAMMANG-RAMMANG, WISATA KARST TERBESAR KEDUA DI DUNIA
  • CAGAR BUDAYA BORI PARINDING, MENHIR BERSEJARAH DI TORAJA UTARA
  • CONTACT HER
  • EFEKTIVITAS WATER HEATER RUMAH TANGGA DALAM MENUNJANG AKTIVITAS SEHARI-HARI
  • TIRTA GANGGA BALI, PESONA PURA DAN TAMAN AIR YANG MENAWAN
  • BUKIT MERESE LOMBOK, PADANG RUMPUT DENGAN VIEW PANTAI
  • GUNUNG KERINCI, PESONA GUNUNG TERTINGGI DI SUMATERA
  • TRAIL RUNNING DI GUNUNG GEDE PANGRANGO
  • WISATA RELIGI PUJA MANDALA BALI, KOMPLEK IBADAH 5 AGAMA

ARTICLE

  • 2025 56
    • June 2
    • May 13
    • April 10
    • March 8
    • February 13
    • January 10
  • 2024 148
    • December 9
    • November 9
    • October 17
    • September 13
    • August 7
    • July 8
    • June 14
    • May 19
    • April 4
    • March 19
    • February 17
    • January 12
  • 2023 111
    • December 6
    • November 20
    • October 14
    • September 10
    • August 6
    • July 7
    • June 8
    • May 4
    • April 10
    • March 14
    • February 8
    • January 4
  • 2022 160
    • December 13
    • November 13
    • October 21
    • September 18
    • August 21
    • July 14
    • June 12
    • May 9
    • April 6
    • March 15
    • February 7
    • January 11
  • 2021 55
    • December 8
    • November 4
    • October 9
    • September 2
    • August 4
    • July 2
    • June 6
    • May 4
    • April 3
    • March 5
    • February 5
    • January 3
  • 2020 44
    • December 4
    • November 3
    • October 4
    • September 4
    • August 4
    • July 4
    • June 4
    • May 4
    • April 2
    • March 4
    • February 3
    • January 4
  • 2019 9
    • December 1
    • November 2
    • August 1
    • July 1
    • June 1
    • March 3
  • 2018 9
    • November 1
    • August 3
    • March 1
    • February 2
    • January 2
  • 2017 21
    • December 1
    • November 1
    • October 3
    • September 3
    • July 1
    • April 1
    • March 4
    • February 3
      • KAMPUNG ADAT WAE REBO, KAMPUNG RUMAH MBARU NIANG
      • PULAU PADAR, DESTINASI WISATA UNGGULAN INDONESIA
      • MENYAPA WARISAN DUNIA, TAMAN NASIONAL KOMODO
    • January 4
  • 2016 10
    • December 4
    • November 6

Logo Komunitas BRT Network

Seedbacklink

Copyright © Meimoodaema || Travel Blogger. Designed by OddThemes