GUNUNG TAMBORA DAN PESONA LETUSANNYA (PART 1)

Siapa yang tidak ingin menginjakan kakinya di Gunung Tambora, gunung yang mendunia dengan sejuta pesonanya. Sebelum terjadinya ledakan pada 1815 Gunung Tambora termasuk dalam gunung tertinggi kedua dalam Seven Summit Indonesia. 

Ledakan setinggi 43 km itu mengikis ketinggiannya dari dari 4.200 mdpl menjadi 2.700 mdpl dan asapnya menyebar hingga ke Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Ledakan itu menciptakan kaldera sedalam 1.1 km yang berdiameter 6.2 km.

Puncak Gunung Tambora
photo taken by Wijaya

Bertepatan dengan 200 tahun pasca ledakan, 11  April 2015, pemerintah meresmikan Gunung Tambora sebagai salah satu kawasan Taman Nasional di Indonesia dan menjadikan event Festival Pesona Tambora sebagai event tahunan yang diresmikan oleh Kementerian Pariwisata.

Pesona kalderanya menjadikan gunung ini sebagai salah satu bucket list gunung bagi pecinta gunung. Termasuk saya, namun agak kesulitan mencari teman seperjalanan. Sampai akhirnya saya tanya ke Om Mawardi, salah satu senior urusan gunung, ternyata Om Maw berencana kesana, akhirnya terkumpul sebelas orang. Koordinasi hanya lewat group WA, kami tidak saling mengenal.

Singkat cerita ticket booked, kami berangkat bulan Oktober 2016. Meeting point di bandara Lombok dan sebagian di Desa Pancasila. Ada yang berangkat dari Jakarta, Surabaya, Bandung, Bekasi, Bangka Belitung, Bogor, Depok dan Balikpapan. Namun sayangnya Om Maw justru sebagai koordinator gak bisa ikut, karena ada pekerjaan.


Selamat Datang di Bandar Udara Sultan M. Salahuddin Bima

HARI KE-1 (JAKARTA - LOMBOK - BIMA - DESA PANCASILA)

Saya berangkat dari jakarta menuju Lombok menggunakan pesawat Batik Air penerbangan pertama pukul 08.50 WIB, dilanjutkan ke Bandara Sultan Muhammad Salahudin menggunakan pesawat kecil Wings Air dengan penerbangan terakhir pukul 15.40.

Bima menjadi meeting point untuk beberapa orang dari kami. Pak Agus, Pak Toto, Mba Santi, Sawi, Lidia dan saya naik di pesawat yang sama, tetapi karena kami belum saling kenal, baru bertemu setelah landing pukul 17.00. Di bandara Bima kami berpisah dengan Pak Agus karena harus bertemu dengan sahabat lamanya dan sekalian menunggu teman kami yang empat orang lagi yang baru akan tiba besok pagi.

Sewa Mobil menuju Desa Pancasila

Pukul 17.15, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Pancasila dengan menyewa mobil. Perjalanan kami melewati Desa Doropeti, salah satu pintu pendakian ke Gunung Tambora. Kalau siang kami bisa melihat pemandangan indah padang rumput sabana yang menguning indah, karena saat itu sedang musim kemarau.

Halaman depan rumah Pak Saiful di pagi hari

Pak Man, nama Driver kami hobby-nya memang balapan kayaknya, gaspol beneran deh. Just believe to him we will be safe and finally we  arrived on 9.45 pm at Pancasila village, 3 hours earlier than scheduled. Thanks to my Allah.

Kami langsung diantar ke rumah milik Pak Saiful. Semua pendaki yang melewati jalur Desa Pancasila akan menginap di tempat beliau. Kami dipersilakan istirahat sejenak dirumahnya, sambil berkenalan dan mengobrol, kami disuguhi teh hangat dan pisang goreng, cukup membantu sejenak melepaskan lelah dan lapar kami.

Homestay di Desa Pancasila

Akhirnya Pak Saiful mempersilakan kami untuk beristirahat di homestay yang akan kami tempati tepat di sebelah rumahnya. Homestay yang berjumlah tujuh kamar ini terbuat dari kayu dan berbentuk rumah panggung. Harga/malamnya Rp 100.000,00 dan dapat dihuni oleh 4-6 orang dengan dua kamar mandi di luar.

Homestay milik Pak Saiful di Desa Pancasila

HARI KE-2 (DESA PANCASILA)

Logistik dan perlengkapan memasak

Pak Saiful juga membuka warung yang menyediakan logistik, gas, parafin dan makanan untuk sarapan, makan siang dan makan malam dengan harga antara Rp 15.000 – Rp 20.000. Juga menjual madu asli dengan harga Rp 150.000,00 per botol ukuran 600 ml.

Ada juga kaos Gunung Tambora harganya Rp 100.000,00 kainnya bagus halus dan adem. Untuk sayuran pagi-pagi di depan rumah Pak Saiful ada yang berjualan sayuran, ikan dan lainnya.


Sarapan pagi di rumah Pak Saiful


My partner in crime, minus Zuzu

Mendaki Tambora di hari pertama dan kedua masih santai, bagaimana dengan pendakian ke Gunung Tambora part 2? Masih bisa santai atau perjuangannya seperti mendaki ke Gunung Rinjani atau Gunung Semeru?

Yuk, cek artikel berikutnya, untuk cerita seru lainnya di Gunung Tambora.

13 Comment

  1. Keren banget ya gunung ini, pengen banget menginjakkan kaki ke Lombok dan masih rencana untuk bisa kesini

    ReplyDelete
  2. Wah enak bisa nginap di rumah penduduk lokal.
    Baru tahu nih kalau Tambora ini salajh satu taman nasional juga :D Aku sering denger namanya, keinget dulu kakak kelasku SMP ada yang namanya Tambora hehe

    ReplyDelete
  3. Kalau naik gunung gini tuh sudah pasti berbaur dengan warga lokal ya, aku lihat pemandangannya jadi ingin kesana juga nanti suatu saat deh.

    ReplyDelete
  4. Seru banget sih jalan2 ke sana, fresh banget pasti udaranya, lucu itu yang foto sama sapi coklat hehe

    ReplyDelete
  5. Pengalaman yang seru banget ya ini, speechless sama pemandangan gunungnya yang super indah, jadi mau kesana juga deh

    ReplyDelete
  6. wuah salut deh mba sudah sampai ke gunung tambora, salah satu gunung yang di impikan oleh banyak pendaki untuk di datangi yah. semacam basecamp kedatangan yah mba itu homestay pak saiful ?

    ReplyDelete
  7. Walaupun judulnya desa tapi bangunannya sudah modern juga ya kak.

    ReplyDelete
  8. Seruuu sekali Kak bisa mendaki gunung Tambora, liat foto pemandangnnya indah sekali Jadi ingin kesana juga jadinya hehe

    ReplyDelete
  9. Homestaynya asik juga yaa, kak Mei.
    Pengalaman yang asik itu bisa sekaligus mempelajari kebiasaan warga sekitar Gunung Tambora.

    ReplyDelete
  10. Bangga banget kenal kamu aku kak, bisa berkeliling segala gunung dan membaca kisah perjalanannya itu luar biasa termasuk Tambora ini.

    ReplyDelete
  11. rumah pak saiful bagus, tatanannya moderen. tapi di halaman rumahnya ada sapi gendut2 nih. hehe. seru yaa bs mengenal warga di desa pancasila, namanya jg Indonesia banget

    ReplyDelete
  12. Huwaaa lgsg meluncur part 2 setelah ini aku penasaran belum pernah kesana si. Ke lombok aja belum pernah aku

    ReplyDelete
  13. Wow kak, nggak pernah bosan deh baca cerita perjalanan naik gunungnya. Jadi penasaran, gunung apa di Indonesia yang belum pernah didaki kak Mei ya?

    ReplyDelete

Silakan berkomentar dengan bijak dan positif. Terima kasih.